Mahasiswa Vokasi UI Didorong Kembangkan Karya Kreatif di Dunia Perfilman

Fazrie Permana, seorang penulis dan sutradara film, pada seminar series Vocast Talks UI bertajuk “Building Personal Experience into Memorable Storytelling”.--

DEPOK, JAMBIEKSPRES.CO–Para mahasiswa Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) diharapkan untuk semakin menggali potensi mereka dalam industri kreatif, dengan fokus pada pengembangan karya-karya di dunia perfilman.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, dalam sebuah seminar yang diadakan di Kampus UI, Depok.

"Industri kreatif, terutama film, memiliki potensi besar untuk berkembang, dan kami ingin para mahasiswa vokasi UI tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku utama dalam menciptakan karya-karya hebat. Kami percaya, mahasiswa dapat menjadi sineas muda yang sukses dan mampu membawa perubahan di dunia perfilman," kata Padang dalam sambutannya..

Dalam seminar tersebut, yang mengusung tema "Building Personal Experience into Memorable Storytelling", salah satu narasumber, Fazrie Permana, seorang penulis dan sutradara muda, berbagi pengalamannya dalam mengembangkan film pendek.

BACA JUGA:UI Hadirkan Jerome Polin Edukasi Mahasiswa Tentang Konten Kreator

BACA JUGA:UI dan Alibaba Cloud Dirikan Skill Center untuk Dorong Inovasi Digital di Indonesia

Fazrie menjelaskan bagaimana pengalaman pribadi dan observasi terhadap fenomena sosial dapat menjadi bahan baku pembuatan sebuah karya film yang menarik.

Fazrie mencontohkan film pendeknya berjudul Alif Pengen Punya Pacar, Yuli Pengen Dibonceng Ngabers (2023), yang mengangkat isu sosial terkini yang sedang populer di kalangan masyarakat, seperti budaya otaku (penggemar berat budaya Jepang), fenomena viral di media sosial TikTok, dan istilah ngabers yang merujuk pada kelompok remaja.

Film ini berlokasi di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, yang semakin memberi nuansa kontemporer dalam cerita yang ditampilkan.

"Untuk membangun cerita film, kita harus bisa merasakan apa yang terjadi di sekitar kita. Misalnya, isu yang berkembang di masyarakat, karakter yang memiliki tantangan sosial, dan bagaimana konflik-konflik tersebut bisa diselesaikan," jelas Fazrie dalam sesi tersebut.

Menurut Fazrie, sebuah film tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga bisa menjadi alat untuk menyampaikan pesan sosial yang mendalam.

Dalam Alif Pengen Punya Pacar, Yuli Pengen Dibonceng Ngabers, Fazrie menekankan pentingnya menggunakan tema-tema yang dekat dengan audiens, sehingga mereka bisa merasa lebih terhubung dan memahami pesan yang ingin disampaikan.

Ia juga membagikan beberapa contoh film terkenal yang mengangkat tema sosial, seperti Lost in Translation (2003), Her (2013), Minari (2020), dan Shoplifters (2018), yang berhasil menyentuh aspek-aspek emosional dan hubungan antarmanusia, baik dalam konteks percintaan, keluarga, maupun kesepian.

Padang Wicaksono juga menambahkan bahwa dunia perfilman Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang seiring dengan peningkatan minat dan keterampilan mahasiswa dalam mengembangkan cerita-cerita orisinal.

Tag
Share