Kesalahan Nilai Tukar Rupiah di Google, Sumber Data Pihak Ketiga Penyebab Utama

Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta.--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- Google mengungkapkan bahwa kekeliruan nilai tukar rupiah yang terlihat dalam hasil pencarian mereka, yang menunjukkan 1 dolar AS setara dengan Rp8.170,65, disebabkan oleh masalah pada data yang diambil dari penyedia pihak ketiga.
“Kami menyadari adanya ketidaksesuaian informasi nilai tukar rupiah yang kami tampilkan di Google Search. Data tersebut berasal dari pihak ketiga yang kami gunakan sebagai sumber konversi mata uang,” kata perwakilan Google dalam pernyataan resmi kepada ANTARA.
Setelah mengetahui kesalahan ini, pihak Google segera berkoordinasi dengan penyedia data untuk melakukan perbaikan.

Mereka berkomitmen untuk memperbaiki informasi tersebut dengan cepat setelah mendapat laporan terkait ketidakakuratan yang terjadi.
Pada Sabtu sore, meskipun pihak Google telah mengonfirmasi adanya masalah, nilai tukar rupiah yang salah masih terlihat di Google Search, yakni Rp8.170,65 per dolar AS.

BACA JUGA:Kekeliruan Nilai Tukar Rupiah di Google dan Pentingnya Verifikasi Data Digital

BACA JUGA:Rupiah Menguat Setelah Pengumuman Revisi Kebijakan DHE SDA

Bahkan, saat tim ANTARA memilih mata uang lain, seperti Euro, nilai tukar yang ditampilkan juga menunjukkan angka yang tidak sesuai, yaitu Rp8.348,50, padahal nilai tukar yang tepat adalah sekitar Rp16.889.
Di sisi lain, pada penutupan perdagangan Jumat (31 Januari), nilai tukar rupiah tercatat berada di angka Rp16.305 per dolar AS, mengalami penurunan 49 poin atau 0,30 persen dibandingkan sesi sebelumnya.

Begitu pula dengan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang tercatat melemah ke level Rp16.312 per dolar AS, berkurang dari Rp16.259 sebelumnya.
Google menegaskan bahwa mereka terus berupaya untuk memperbaiki kesalahan tersebut dan memastikan bahwa data yang ditampilkan kepada pengguna lebih akurat.

Insiden ini menjadi peringatan akan pentingnya memverifikasi informasi yang diperoleh dari platform digital, terutama yang berkaitan dengan data ekonomi dan finansial yang sangat sensitif. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan