Surarna Giri Tirta Justru Menjadi Pemersatu Bagi Masyarakat Tionghoa

Atraksi barongsai pada perayaan Imlek di Kota Ambon. FOTO : ANTARA--

Eksistensi Masyarakat Tionghoa di Bumi Pela Gandong Maluku

Etnis  Tionghoa mengenal konsep Tian Xia yang menekankan bahwa semua manusia adalah bersaudara dan memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai kebahagiaan dan keharmonisan.

——

KONSEP  Tian Xia ini menjadi pondasi sehingga masyarakat keturunan Tionghoa bisa berbaur dan diterima di tengah budaya Indonesia yang beragam, tak terkecuali di Ambon, Maluku.

Konsep Tian Xia ini sendiri memiliki kemiripan dengan falsafah pela gandong yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Maluku. Kedua konsep itu sama-sama menekankan persaudaraan dan kekeluargaan satu sama lain.

Dengan landasan filosofis hidup yang seirama itu, maka tak mengherankan jika sebanyak lebih dari 40.000 orang Tionghoa di seluruh Maluku kini hidup berdampingan bahkan kawin-mawin dengan penduduk wilayah yang berjuluk bumi raja-raja ini.

BACA JUGA:Mualaf Tionghoa Tetap Rayakan Imlek 2025 dengan Keluarga

BACA JUGA:Warga Tionghoa di Bangka Gelar Sembahyang Leluhur Menyambut Imlek

Eksistensi etnis Tionghoa di Maluku semakin diperkuat dengan berdirinya sebuah klenteng atau rumah pemujaan bagi masyarakat Tionghoa di dataran tinggi Pulau Ambon. Suarna Giri Tirta namanya, tempat pemujaan dewa/dewi kepercayaan masyarakat Tionghoa di Maluku.

Setiap perayaan Imlek, klenteng ini selalu dikunjungi oleh masyarakat etnis Tionghoa di sekitaran Pulau Ambon. Tak banyak klenteng yang berdiri di Ambon, tetapi karena itu, keberadaan Surarna Giri Tirta justru menjadi pemersatu bagi Masyarakat Tionghoa di daerah ini.

“Ini adalah budaya orang Tionghoa, siapapun yang merasa memiliki darah keturunan Tionghoa boleh melakukan pemujaan di sini,” kata Ketua Walubi sekaligus tetua masyarakat Tionghoa Maluku, Welhelmus Jauwerissa.

Sejarah

Keberadaan masyarakat Tionghoa di Maluku memiliki posisi yang unik, karena jika melihat perjalanan sejarah di daerah itu, kentalnya budaya Eropa ala Portugis dan Belanda yang terasimilasi dengan kebudayaan masyarakat setempat seolah mengendapkan eksistensi Tionghoa.

Hingga saat ini belum dapat dipastikan bagaimana sejarah masuknya etnis Tionghoa ke Kepulauan Maluku. Kurangnya catatan-catatan sejarah tentang kedatangan masyarakat Tionghoa di Maluku membuat beberapa teori ahli menjadi tak begitu kuat.

Tag
Share