Pemeriksaan Kesehatan Gratis Bisa Jadi Solusi Deteksi Dini Kanker pada Anak

Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin Human Papillomavirus (HPV) kepada pelajar di SMP Negeri 4, Kota Kediri, Jawa Timur--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO– Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), mengatakan bahwa salah satu program pemerintah yang mencanangkan pemeriksaan kesehatan gratis setiap ulang tahun dapat menjadi momen penting untuk deteksi dini kanker pada anak.
“Kami harap program ini bisa menjadi kesempatan untuk melakukan deteksi dini pada anak-anak, sehingga klinik kesehatan dapat memberikan manfaat lebih bagi masyarakat luas,” kata Piprim dalam diskusi daring mengenai kanker anak yang diikuti di Jakarta, Selasa (4/2).
Piprim menambahkan bahwa program ini bisa mengatasi kesenjangan fasilitas kesehatan, terutama di daerah-daerah yang fasilitas kesehatannya masih terbatas dibandingkan dengan kota besar.
BACA JUGA:Pemerintah Luncurkan Program Cek Kesehatan Mental Gratis, Begiini Caranya
BACA JUGA:Turunkan Tim Cek Kesehatan Hewan
Ia berharap deteksi dini dapat diakses oleh setiap anak, terutama yang berada di daerah terpencil, agar mereka juga mendapatkan dukungan untuk pencegahan kanker.
Ia juga menegaskan bahwa anak-anak perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak di lingkungannya untuk memperhatikan kesehatan dan melakukan deteksi dini sebagai kunci penanggulangan kanker anak di Indonesia.
“Anak-anak perlu kita kawal. Apabila sudah terjangkit kanker, mereka butuh dukungan dari lingkungan, karena pengobatan kanker membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang sangat besar. Tidak hanya anak yang sakit, tetapi seluruh keluarga juga akan terdampak,” kata Piprim.
Menurut data dari Global Burden of Cancer Study (Globocan) tahun 2020, diperkirakan terdapat 10 ribu kasus baru kanker pada anak di Indonesia, dengan kontribusi Indonesia mencapai 2,5 persen dari 90 persen kasus kanker anak di dunia.
Data dari Indonesian Pediatric Cancer Registry yang mencatat 12 pusat pengobatan kanker di Indonesia menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup anak penyintas kanker berusia tiga tahun hanya 20-30 persen.
Sementara itu, hanya sekitar 4-5 ribu anak yang berhasil sembuh, sebagian besar karena kesenjangan infrastruktur kesehatan atau terlambatnya penanganan medis. (*)