Peningkatan Kapasitas Dosen Kunci Penguatan Karakter dan Daya Saing SDM Bangsa
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat.--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO— Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Lestari Moerdijat, menegaskan bahwa peningkatan kapasitas dosen merupakan langkah krusial dalam transformasi pendidikan tinggi yang menyeluruh.
Ia menekankan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia tidak boleh lagi semata mengejar capaian akademik, tetapi juga harus diarahkan pada pembentukan karakter peserta didik, penguatan nilai-nilai kebangsaan, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat.
“Transformasi pendidikan tinggi harus bersifat holistik. Kita harus mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang tidak hanya unggul dalam prestasi akademik, tetapi juga memiliki karakter yang tangguh, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan global,” ujar Lestari dalam keterangannya di Jakarta.
Lestari yang juga anggota Komisi X DPR RI ini menyoroti pentingnya peran dosen dalam mewujudkan visi tersebut. Menurutnya, dosen sebagai aktor utama dalam dunia pendidikan tinggi harus dibekali dengan kapasitas yang memadai, baik dari sisi keilmuan, pedagogik, maupun pemahaman terhadap tantangan sosial dan global yang terus berkembang.
“Dosen adalah garda terdepan dalam proses pembentukan SDM unggul. Jika kualitas dan kapasitas dosen meningkat, maka proses pembelajaran, penelitian, hingga pengabdian kepada masyarakat akan menjadi lebih bermakna dan berdampak nyata,” katanya.
Merujuk pada data terbaru dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), jumlah dosen di Indonesia saat ini mencapai 303.670 orang.
Namun, dari jumlah tersebut, baru sekitar 25 persen yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan doktoral (S3). Ini menjadi tantangan besar dalam peningkatan kualitas pengajaran dan penelitian di perguruan tinggi.
Selain dari sisi kualifikasi akademik, persoalan kesejahteraan dosen juga menjadi perhatian serius. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 60 persen dari total dosen di Indonesia mengajar di perguruan tinggi swasta (PTS).
Ironisnya, sekitar 45 persen dari mereka masih menerima gaji di bawah Rp3 juta per bulan.
“Bagaimana kita bisa mendorong dosen untuk berkinerja tinggi dalam riset dan pengajaran jika kesejahteraan mereka belum terpenuhi? Keseimbangan antara peningkatan kapasitas dan peningkatan kesejahteraan harus menjadi prioritas bersama,” ujar politisi Partai NasDem yang akrab disapa Rerie ini.
Ia menilai bahwa banyak dosen di Indonesia memiliki potensi besar, tetapi sering kali terbentur pada keterbatasan akses pendidikan lanjutan, fasilitas riset, serta insentif finansial yang memadai.
Rerie menekankan bahwa pembangunan sektor pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, harus diarahkan untuk memperkuat karakter kebangsaan dan nilai-nilai moral generasi muda.
Pendidikan, menurutnya, bukan hanya soal penguasaan teori dan gelar akademik, tetapi juga tentang membentuk manusia yang memiliki kepekaan sosial, semangat gotong royong, serta tanggung jawab terhadap masa depan bangsa.
“Kita ingin membentuk manusia Indonesia yang utuh—yang mampu berpikir kritis, bertindak etis, dan berkontribusi nyata. Itu semua bermula dari ruang-ruang kelas dan interaksi mahasiswa dengan dosennya,” katanya.