Pleno Vital
Oleh : Dahlan Iskan--
Masa otot harus dipertahankan. Kalau bisa ditambah. Dan itu tidak cukup dengan olahraga yang sifatnya low impact. Tapi saya juga setuju: berolahraga low impact lebih baik daripada tidak berolahraga.
Maka di Prambanan kemarin lagu berbagai corak mengiringi senam kami. Kata senam sebenarnya sudah tidak cocok. Maka kami akan usul: kata senam diganti sport dance.
Singkatannya tetap SDI.
Mungkin akan berlaku setelah Pemilu berlalu, dan setelah jelas siapa presiden terpilihnya. Rasanya ingin sekali Pemilu ini cepat berlalu.
Para Perusuh Disway mengikuti sport dance atau Senam Dahlan Iskan (SDI).--
Selesai sport dance acara dibagi dua. Perusuh Disway memisahkan diri dari peserta senam. Perusuh masih punya satu agenda lagi: pleno kedua. Di bawah pohon.
Sebenarnya sudah disiapkan tenda. Tapi begitu banyak pohon besar nan rindang ke lokasi Prambanan ini. Dan lagi Inneke telah membeli tikar. Banyak sekali. Maka pleno kedua pun dilakukan sambil lesehan di atas tikar.
Tikarnya sendiri dihampar di bawah pohon besar. Pohon asam Jawa. Rindang. Teduh. Damai. Apalagi angin sumilir berembus pelan. Luar biasa. Nyaman banar. Suasana itu sebenarnya tidak cocok untuk pleno yang menguras pikiran.
Apalagi baru saja makan.
Lelah. Minum. Makan. Tikar. Di bawah pohon rindang. Tinggal satu sayangnya: tidak ada bantal.
Maka inilah pleno yang menantang: berpikir sambil mengantuk. Rupanya berpikir bisa membunuh kantuk. Buktinya, agenda serius dibahas dengan antusias.
Agenda itu datang dari perusuh sendiri: apa yang mereka hadapi. Atau apa yang dihadapi masyarakat sekitar mereka.
Maka kami bahas tiga agenda utama: pendidikan, pertanian, dan penyediaan pupuk. Soal keperkasaan tidak diusulkan dibahas lagi.
Lalu siapa juara kedua dan ketiganya? Yang pialanya akan diserahkan di muktamar ke-3 perusuh tahun depan di Cianjur atau Sukabumi?
Saya pilih Pak Johannes Kitono dan Pak Novrianto Indra Huseni.