Trump Pertimbangkan Penundaan Tarif, Wamenlu: Tarif AS Jadi Momentum ASEAN Perkuat Kemandirian Regional

Arsip foto - Presiden AS Donald Trump berjabat tangan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un saat mereka bertemu di zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, di Panmunjom, Korea Selatan (30/6/2019). ANTARA/KCNA/aa.--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Rabu (9/4), mengatakan bahwa dia telah mempertimbangkan penundaan 90 hari dalam tarif timbal balik yang lebih tinggi dengan mitra dagang negara itu "selama beberapa hari terakhir."

"Saya telah memikirkannya. Saya telah berurusan dengan Scott, dengan Howard, dengan beberapa orang lain yang sangat profesional. Dan saya berpikir itu mungkin terjadi pagi ini, baru saja pagi ini. Baru saja ditulis," kata Trump, mengacu pada Menteri Keuangan Scott Bessent dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick.

"Saya pikir itu ditulis dengan baik juga, tetapi ditulis dari hati. Itu ditulis sebagai sesuatu yang menurut saya sangat positif bagi dunia dan bagi kami, dan kami tidak ingin menyakiti negara-negara yang tidak perlu disakiti, dan mereka semua ingin bernegosiasi," ujar dia.

Trump menaikkan tarif AS atas impor China menjadi 125 persen pada Rabu (9/4), dan menggabungkan pengumuman tersebut dengan pengumuman lainnya.

Pengumuman lainnya itu adalah memberikan lebih dari 75 negara penangguhan selama 90 hari dari tenggat waktu pada Rabu di mana mereka diperkirakan akan dikenakan tarif di atas batas dasar 10 persen, dalam beberapa kasus jauh lebih tinggi dari angka tersebut.

Presiden mengatakan dalam sebuah unggahan di platform Truth Social miliknya bahwa dia mengambil tindakan tersebut karena negara-negara tersebut telah menghubungi mitra mereka di AS "untuk menegosiasikan solusi bagi subjek yang sedang dibahas."

Subjek yang dibahas itu terkait Perdagangan, Hambatan Perdagangan, Tarif, Manipulasi Mata Uang, dan Tarif Non Moneter" dan karena negara-negara tersebut belum membalas "dengan cara, bentuk, atau cara apa pun terhadap Amerika Serikat."

Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI Arif Havas Oegroseno menilai bahwa tarif timbal balik atau resiprokal Amerika Serikat (AS) menjadi momentum bagi ASEAN untuk memperkuat kemandirian regional dalam bidang ekonomi.

“Ini adalah momentum yang sangat baik bagi ASEAN untuk menciptakan kemandirian regional yang strategis dalam bidang ekonomi,” ujar Arif Havas dalam “Public Forum: Regional Response to Trump 2.0” yang digelar oleh CSIS Indonesia, dipantau dari Jakarta, Kamis.

Havas menyampaikan bahwa kontribusi AS dalam perdagangan global berkisar di angka 14-15,5 persen. Berdasarkan hal tersebut, Havas menyoroti potensi 80 persen aktivitas perdagangan global yang bisa dieksplore di luar AS.

Selain itu, Havas juga menyoroti nilai perdagangan global AS yang berada di kisaran 400 miliar dolar AS atau sekitar Rp6.811 triliun (kurs Rp17.027,72).

“Menariknya, perdagangan antar-ASEAN pada 2024 itu mencapai 759 miliar dolar AS (Rp12.924 triliun),” kata Havas.

Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa perdagangan antar-negara anggota ASEAN berjalan dengan sangat baik, bahkan melebihi kontribusi yang dimiliki oleh AS di tingkat global.

Maka dari itu, Havas menilai penting bagi ASEAN memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat kemandirian regional.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan