Anak dengan Autisme Butuh Dukungan Sesuai Tingkat Keparahan

Ilustrasi - Seorang anak berkebutuhan khusus (autis) mendapat terapi sensory integrasi dari terapis di Pusat Layanan Autis (PLA).--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- Dokter spesialis anak, dr. Amanda Soebadi, Sp.A, Subsp.Neuro.(K), M.Med, menjelaskan bahwa anak dengan gangguan autisme memiliki beragam tingkat keparahan, sehingga membutuhkan dukungan yang sesuai dengan tingkat keparahan yang dialami.

“Klasifikasi ini dibuat oleh manusia, dengan pembagian level 1, level 2, dan level 3. Namun, dalam kenyataannya, tingkat keparahan autisme bisa bervariasi dalam setiap level tersebut,” ujar dr. Amanda dalam sebuah webinar yang dipantau dari Jakarta.

Anak dengan gangguan autisme level 1 biasanya mengalami kesulitan yang relatif minimal.

Meskipun membutuhkan dukungan dalam hal komunikasi sosial, bantuan yang diperlukan tidak terlalu banyak.

“Anak ini bisa berfungsi normal dalam kehidupan bermasyarakat, namun dalam bersosialisasi, mereka memiliki keterbatasan dan memerlukan teman yang mengajak bermain untuk bisa berinteraksi,” jelasnya.

Di sisi lain, anak dengan autisme level 2 membutuhkan dukungan yang lebih substansial.

“Anak pada level dua memerlukan bantuan lebih, seperti guru pendamping. Tanpa bantuan tersebut, mereka mungkin akan bertindak semaunya sendiri karena kesulitan dalam komunikasi dan pemahaman instruksi dari guru,” tambahnya.

Sementara itu, anak dengan autisme level 3 memerlukan dukungan yang sangat intensif.

“Pada level tiga, kemampuan komunikasi sosial sangat terbatas, dan kemampuan verbalnya, bahkan hingga dewasa, mungkin tetap terbatas. Anak-anak ini memerlukan bantuan penuh agar perilakunya dapat sesuai dengan lingkungan sekitarnya,” jelas dr. Amanda.

Selain masalah komunikasi verbal dan non-verbal, anak dengan autisme juga mengalami kesulitan dalam memproses informasi, bahasa, dan instruksi, serta sering mengalami gangguan eksekutif, yaitu kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang memerlukan beberapa langkah, seperti mengerjakan pekerjaan rumah.

“Fungsi eksekutif ini tidak dimiliki oleh semua orang, terutama anak dengan autisme. Mereka kesulitan merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas,” katanya.

Anak dengan autisme juga seringkali mengalami gangguan input sensorik.

Mereka kesulitan dalam memilah dan merespons berbagai rangsangan dari lingkungan, seperti suara atau gambar, dan tidak tahu stimulus mana yang harus mendapatkan perhatian.

“Anak-anak ini juga cenderung terobsesi pada satu hal. Mereka akan fokus memikirkan satu topik tertentu berulang kali,” tambah dr. Amanda.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan