Kemendikdasmen Dorong Kemampuan Berpikir Kritis Anak Lewat Program 'Aksi Ilmuwan Cilik'
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini di Jakarta pada Selasa (15/4/2025) mendorong kemampuan berpikir kritis anak usia dini lewat program webinar bertajuk Aksi Ilmuwan Cilik. --
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO– Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2025, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) meluncurkan inisiatif inovatif bertajuk “Aksi Ilmuwan Cilik”—sebuah program edukatif yang bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir kritis dan ilmiah pada anak usia dini melalui pendekatan bermain yang menyenangkan dan berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics).
Webinar ini sekaligus menjadi upaya strategis Kemendikdasmen dalam menanamkan pondasi berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTs) pada anak-anak sejak usia dini.
Program ini dirancang bukan sekadar memperkenalkan sains dan teknologi, melainkan juga menanamkan karakter ilmuwan seperti rasa ingin tahu, kemampuan observasi, eksplorasi, dan berpikir sistematis dalam suasana yang sesuai dengan fitrah anak-anak—yaitu bermain.
Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah, Gogot Suharwoto, menegaskan bahwa pendidikan anak usia dini harus berpijak pada prinsip perkembangan psikologis anak dan bukan memaksakan pencapaian akademik semata.
Menurutnya, pendekatan terhadap anak PAUD harus menyeluruh, inklusif, dan menyenangkan.
“Secanggih apapun rancangan pendidikan untuk anak-anak, terutama di usia dini, harus sesuai dengan bakat, potensi, dan minat mereka. Kita tidak bisa melepaskan pendidikan dari psikologi perkembangan anak,” tegas Gogot dalam pernyataannya.
Ia menambahkan bahwa pembelajaran yang bermakna harus memenuhi tiga prinsip utama, yaitu Joyful (menggembirakan), Meaningful (bermakna), Mindful (penuh perhatian).
Ketiga prinsip ini menjadi dasar dalam menciptakan pembelajaran mendalam (deep learning) bagi anak-anak.
“Ketika anak belajar dengan gembira, dalam suasana yang membuat mereka merasa dihargai dan diperhatikan, maka potensi berpikir kritis mereka akan tumbuh alami,” jelas Gogot.
Senada dengan itu, Direktur PAUD Kemendikdasmen, Nia Nurhasanah, menekankan bahwa anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, yang jika diarahkan dengan baik, dapat menjadi modal besar dalam membentuk karakter ilmuwan di masa depan.
“Ilmuwan cilik bukan hanya soal belajar sains, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan berpikir inovatif, analitis, dan sistematis sejak dini. Inilah yang akan menjadi fondasi kemampuan inovasi bangsa di masa depan,” ujar Nia.
Melalui kegiatan seperti mengamati objek, bereksperimen, dan menyampaikan pendapat, anak-anak diajak belajar sains tidak melalui hafalan, tetapi melalui pengalaman langsung yang melibatkan seluruh pancaindra dan perasaan mereka.
Nia menjelaskan, pendekatan sains untuk anak PAUD harus bersifat sederhana namun eksploratif. Misalnya, mengenalkan konsep gravitasi dengan menjatuhkan benda dari ketinggian, atau mengenalkan konsep larutan dengan melarutkan gula dalam air.
Kegiatan ini bukan hanya memberi pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan karakter: sabar, teliti, dan terbuka terhadap pertanyaan.
Program “Aksi Ilmuwan Cilik” mengedepankan pembelajaran berbasis eksperimen yang menyenangkan. Tujuannya adalah agar anak-anak bisa mengalami langsung proses ilmiah secara sederhana: mengamati, menanya, mencoba, dan menyimpulkan.
Metode ini juga mendorong lahirnya calon inovator masa depan yang mampu berpikir kritis dalam menyikapi tantangan zaman.
Anak-anak tidak hanya dibekali kemampuan kognitif, tetapi juga kepekaan sosial dan kesadaran global.
“Pengenalan sains pada anak usia dini bukan semata-mata mempelajari konten, tetapi juga menumbuhkan sikap kritis, rasa ingin tahu, ketelitian, eksplorasi, serta berpikir teratur dan sistematis,” tambah Nia.
Kemendikdasmen berharap, melalui program ini, anak-anak Indonesia bisa bertumbuh menjadi pembelajar sepanjang hayat—individu yang tidak takut bertanya, suka mencari tahu, dan berani bereksperimen.
Lebih dari sekadar menjadi “pintar”, mereka diharapkan menjadi anak-anak yang bijak, kreatif, dan punya kontribusi bagi kemajuan bangsa.
“Ilmuwan cilik adalah simbol dari pendidikan yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan semangat belajar dan kecintaan terhadap proses pencarian ilmu,” pungkas Gogot.
Melalui “Aksi Ilmuwan Cilik”, Kemendikdasmen berupaya menggeser paradigma pendidikan anak dari yang serba kognitif ke arah yang lebih holistik dan menyenangkan.
Pendidikan anak usia dini kini tidak lagi sekadar tentang membaca dan berhitung, tapi tentang membangun fondasi berpikir kritis, cinta belajar, dan semangat eksplorasi.
Dengan strategi yang tepat dan pendekatan yang berpusat pada anak, Indonesia bersiap menanam benih ilmuwan masa depan—yang tidak hanya cerdas, tapi juga cinta pada ilmu dan sesama. (*)