Saatnya Menata Ulang Pendidikan yang Membentuk Karakter Tangguh
Guru Besar UIN Jakarta Ahmad Tholabi Kharlie--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh setiap tanggal 2 Mei bukan semata seremoni tahunan.
Lebih dari itu, momen ini harus menjadi titik balik dalam merefleksikan arah dan kualitas sistem pendidikan nasional, terutama dalam membentuk karakter peserta didik yang tangguh, adaptif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Ahmad Tholabi Kharlie, Guru Besar Hukum Tata Negara sekaligus Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mengingatkan bahwa pendidikan Indonesia saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan multidimensional yang menguji ketahanan karakter generasi muda.
Ia menyebut, lemahnya daya juang, rentannya mental anak didik terhadap tekanan sosial, dan minimnya semangat kolaborasi adalah gejala yang semakin nyata dalam lingkungan sekolah dan perguruan tinggi.
“Refleksi Hardiknas tahun ini sepatutnya membawa kita untuk lebih serius memikirkan bagaimana pendidikan kita bukan hanya menghasilkan manusia cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter kuat yang tidak mudah rapuh dalam tekanan zaman,” ujar Tholabi di kampus UIN Jakarta, Ciputat.
Dalam pandangannya, pendekatan pendidikan berbasis karakter perlu ditempatkan sebagai fondasi utama sistem pembelajaran nasional.
Ia menyoroti keberhasilan sejumlah lembaga pendidikan milik Kementerian Agama, seperti Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia dan Madrasah Aliyah Program Keagamaan (MAPK), yang berhasil mengintegrasikan keunggulan akademik dengan penguatan akhlak dan kepribadian peserta didik.
“Model pendidikan seperti di MAN Insan Cendekia dan MAPK menunjukkan bagaimana pendidikan yang menekankan aspek pembentukan karakter justru melahirkan generasi yang memiliki daya tahan tinggi, mandiri, dan siap bekerjasama dalam tim. Ini bisa menjadi branchmark penting bagi reformasi pendidikan nasional,” terang Tholabi.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa konsep boarding school atau pendidikan berasrama yang diterapkan di sekolah-sekolah unggulan tersebut terbukti efektif dalam membentuk kepribadian siswa yang lebih disiplin dan bertanggung jawab.
Tholabi mengingatkan bahwa Indonesia akan menghadapi masa bonus demografi sekitar tahun 2030.
Momentum ini hanya akan menjadi keuntungan bila ditopang dengan sumber daya manusia yang produktif dan tahan banting.
“Kalau karakter generasi muda tidak disiapkan dari sekarang, kita bisa kehilangan momentum emas itu. Pendidikan kita harus diarahkan untuk membentuk manusia unggul yang tidak manja, tidak gampang menyerah, dan punya etos kerja tinggi,” tegasnya.
Ia pun mengapresiasi inisiatif yang belakangan muncul dari dua kementerian utama di bidang pendidikan. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menggagas pendekatan deep learning atau pembelajaran mendalam yang menekankan pada pemahaman konseptual dan refleksi nilai.
Sementara itu, Kementerian Agama tengah menggulirkan konsep “Kurikulum Cinta” yang berfokus pada pengembangan nilai kasih sayang, empati, dan spiritualitas peserta didik.