Mereka Hadir Bukan Untuk Jadi Replika Pusat, Tapi Wajah Baru Indonesia

PUTRI OTONOMI DAERAH: Putri Otonomi Daerah 2025 menjadi wadah bagi perempuan daerah untuk mengaktualisasikan diri.--
Barangkali mereka tidak saling kenal sebelumnya, tapi setelah POI, mereka punya satu benang merah bernama Indonesia.
Kabupaten Minahasa Utara, tuan rumah Grand Final POI 2025, siap menyambut mereka di Likupang, destinasi super prioritas yang indah sekaligus sarat makna.
Kepala Dinas Pariwisata Minahasa Utara Femmy Pangkerego berharap POI menjadi simbol bahwa setiap daerah layak jadi pusat peristiwa, bukan sekadar penonton dari jauh. Bahwa setiap putri, dari mana pun asalnya, punya kesempatan yang sama untuk berkibar di panggung nasional.
Pemilihan Likupang sebagai venue grand final juga menunjukkan bagaimana POI memperkuat narasi bahwa destinasi wisata dan potensi daerah tidak hanya milik Bali atau Jakarta.
Dengan menjadikan daerah-daerah seperti Minahasa Utara sebagai pusat kegiatan nasional, Apkasi tidak hanya membangun kebanggaan lokal, tetapi juga memperluas cakrawala nasionalisme yang tak terpusat.
Putri Otonomi Indonesia 2025 memang akan mencapai puncaknya pada 30 Mei di Minahasa Utara. Tapi sesungguhnya, puncak itu bukanlah akhir. Ia adalah awal.
Sebab yang lebih penting dari kompetisi adalah perjalanan setelahnya, saat para finalis kembali ke daerah masing-masing, membawa semangat baru, dan menjadi agen perubahan yang nyata.
Mereka tidak menunggu diberi panggung. Mereka datang, membawa panggungnya sendiri.
POI adalah investasi sosial. Bukan sekadar mencetak pemenang, tapi membentuk agen-agen perubahan yang lahir dari semangat daerah, dibentuk oleh proses, dan diarahkan untuk menjadi bagian penting dari masa depan Indonesia yang lebih setara, beragam, dan adil. (ant)