Dibangun 1994, Menyingkap Wasiat Hutan Kalimantan

MUSEUM: Tampak depan Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong. --
Mengunjungi Museum Kayu Tuah Himba di Kutai Kertanegara
Di tengah gencarnya pembangunan dan laju deforestasi yang kian menggerogoti hutan Kalimantan, sebuah oasis edukatif berdiri di Tenggarong, Kutai Kartanegara. Namanya Museum Kayu Tuah Himba.
BUKAN sekadar etalase benda mati, museum ini adalah wasiat. Wasiat dari hutan Kalimantan yang terus berteriak tentang kekayaan yang kian menipis dan warisan yang nyaris sirna.
Berdiri di kawasan Waduk Panji Sukarame, museum ini menyajikan napas sejarah dan geologi Kalimantan yang terangkum dalam jejeran koleksi kayu, fosil, hingga artefak budaya.
Samiudin, pengelola Museum Kayu Tuah Himba, menjelaskan bahwa museum ini bukan hanya tempat penyimpanan, melainkan cerminan kepedulian atas maraknya kerusakan hutan.
"Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api, tapi satu batang korek api dapat membakar jutaan pohon," begitu bunyi pepatah yang terpampang di salah satu sudut museum yang disebut Samiudin sebagai mantra yang terus-menerus didengungkan.
Gagasan untuk membangun Museum Kayu Tuah Himba bukanlah tanpa alasan. Cikal bakal pendirian museum ini berawal dari keprihatinan mendalam atas kerusakan hutan yang masif di Kalimantan Timur, pada 1990-an. Hutan-hutan yang tadinya perkasa porak-poranda oleh ekspansi industri ekstraktif dan aktivitas ilegal.
Kondisi itu memicu kegelisahan para pemerhati lingkungan dan mendorong pemerintah daerah untuk mengambil tindakan konkret.
Pemerintah daerah merespons desakan tersebut dan melihat pentingnya sebuah institusi yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk memberi pengenalan, penanaman, pemanfaatan, serta penyimpanan terhadap berbagai jenis kayu yang sudah mulai langka dan hampir punah akibat dari kerusakan hutan yang terjadi. Maka lahirlah sebuah ide, Museum Kayu Tuah Himba.
Pembangunan museum itu dimulai pada 1 Januari 1994 dan diresmikan secara umum pada 25 September 1996. Momentum peresmian ini pun bertepatan dengan Hari Jadi ke-214 Kota Tenggarong, sebuah simbolisasi bahwa pelestarian alam adalah bagian tak terpisahkan dari identitas daerah.
Nama Tuah Himba menyimpan makna filosofis. Museum Kayu adalah "Odah" (dalam bahasa Kutai) atau tempat untuk menyimpan berbagai jenis kayu. Tuah mengandung makna sakti, keramat, berkat (pengaruh), yang mendatangkan keberuntungan. Himba berarti hutan (dalam bahasa Kutai).
Dengan demikian, Museum Kayu Tuah Himba secara harfiah dapat dimaknai sebagai tempat yang menyimpan berbagai jenis kayu, yang memiliki tuah atau keberkatan dari hutan. Sebuah nama yang merefleksikan harapan agar museum ini menjadi penjaga dan pelestari keberkahan hutan Kalimantan.
Dari kayu langka hingga buaya legendaris