Waspadai Tantrum Anak karena Gawai, Bisa Jadi Gejala Kecanduan

Psikolog klinis dan keluarga Pritta Tyas, M.Psi, saat menyampaikan soal adiksi gadget pada anak usai ditemui dalam sesi diskusi di Jakarta--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO– Anak yang menangis, marah, atau bahkan mengamuk saat gawainya diambil bisa menjadi pertanda lebih dari sekadar kecewa.

Menurut psikolog klinis keluarga Pritta Tyas, reaksi emosional yang meledak ketika dipisahkan dari perangkat digital dapat mengindikasikan gejala awal kecanduan.

Dalam sebuah diskusi di Jakarta, ia menjelaskan bahwa anak yang mengalami ketergantungan pada gawai biasanya menunjukkan kecemasan saat tidak memegangnya, kehilangan ketertarikan pada aktivitas lain, dan kesulitan mencari alternatif hiburan di luar layar.
Kondisi tersebut sering kali dipicu oleh kurangnya aktivitas fisik dan minimnya keterlibatan dalam permainan di luar ruangan.

Ketika tubuh kurang bergerak dan waktu bermain hanya difokuskan pada gawai, imajinasi anak pun menjadi terbatas pada apa yang tersedia di layar.

Pritta menambahkan bahwa peran orang tua sangat besar dalam membentuk kebiasaan ini.

Memberikan gawai terlalu dini atau kurangnya pendampingan dalam penggunaan bisa mempercepat munculnya ketergantungan.
Saat menghadapi anak yang tantrum karena gawai, orang tua disarankan untuk tetap tenang dan hadir secara fisik. Langkah pertama adalah memastikan anak dalam keadaan aman.

Setelah itu, biarkan anak meluapkan emosinya. Jangan terburu-buru mengalihkan perhatian atau menghibur dengan gawai kembali.

Yang terpenting adalah memberikan ruang hingga anak mulai tenang, lalu validasi emosinya.

Mengatakan hal seperti, “Mama tahu kamu marah, tapi waktu mainnya sudah selesai,” dapat membantu anak merasa dipahami tanpa harus menyerah pada keinginannya.
Pengenalan gawai juga sebaiknya dilakukan secara bertahap sesuai usia.

Pritta menyarankan agar anak mulai mengenal konten digital secara terbatas mulai usia tiga tahun, dengan durasi tidak lebih dari satu jam per hari dan dibagi dalam sesi pendek.

Anak bisa mulai memainkan gawai sendiri di usia empat atau lima tahun, tetapi masih dengan pengawasan.

Sementara itu, memiliki gawai pribadi secara penuh sebaiknya diberikan saat anak menginjak usia delapan atau sembilan tahun, saat mereka mulai memiliki kebutuhan sekolah dan pemahaman yang lebih baik soal tanggung jawab.
Untuk mencegah kecanduan sejak dini, orang tua dianjurkan menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas non-layar.

Mengajak anak bermain di luar, melakukan aktivitas fisik, dan menyediakan berbagai bentuk hiburan kreatif bisa menjadi solusi.

Selain itu, penting untuk membuat aturan penggunaan gawai yang jelas, seperti larangan membawa gawai ke kamar tidur, hanya menggunakannya di ruang keluarga, dan membatasi waktu penggunaan hingga jam tertentu.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan