Baca Koran Jambi Ekspres Online

Kemdiktisaintek Luncurkan Program Akselerasi Pendidikan Tenaga Medis

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto dan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin bersama sejumlah kepala daerah di Indonesia dalam kegiatan peluncuran Program Akselerasi Peningkatan Akses dan Mutu Pendidi--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO– Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) secara resmi meluncurkan Program Akselerasi Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Tenaga Medis.

Program ini bertujuan untuk memperluas akses dan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan di Indonesia.
Peluncuran program ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk mendukung percepatan perwujudan AstaCita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, khususnya dalam bidang kesehatan.

AstaCita merupakan visi pemerintahan saat ini yang menekankan pentingnya pembangunan manusia Indonesia melalui sistem pendidikan dan kesehatan yang unggul, terjangkau, dan merata.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, menegaskan bahwa pendidikan tinggi harus berorientasi pada empat prinsip utama, yakni akses, mutu, relevansi, dan dampak.

Menurutnya, peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang kesehatan tidak bisa ditunda, mengingat masih adanya ketimpangan distribusi tenaga medis di berbagai wilayah Indonesia.
“Pendidikan tinggi harus berorientasi pada akses, mutu, relevansi, dan dampak sesuai misi AstaCita. Kita perlu menghasilkan tenaga medis yang berkualitas serta mendorong hilirisasi riset yang berkontribusi pada peningkatan sistem pelayanan kesehatan,” ujar Brian dalam sambutannya di Jakarta, Selasa (22/7).
Sebagai langkah awal, Kemdiktisaintek telah mengoordinasikan sejumlah perguruan tinggi dalam jejaring kemitraan sistem kesehatan akademik, serta membentuk satuan tugas (satgas) khusus untuk mempercepat pemenuhan dan distribusi tenaga medis, termasuk dokter dan dokter spesialis, mulai tahun 2025.
Saat ini terdapat 136 Fakultas Kedokteran (FK) di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 25 FK telah menjalankan 358 program studi spesialis dan subspesialis.

Dalam waktu dekat, Kemdiktisaintek bersama satgas akan melaksanakan program quick win melalui tiga strategi utama.

Pertama, penambahan program studi baru dan peningkatan kuota mahasiswa dokter spesialis-subspesialis melalui model kemitraan antarperguruan tinggi.

Kedua, penempatan residen senior di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) yang menjadi prioritas. Ketiga, penguatan kemitraan dengan pemerintah daerah, kementerian/lembaga, dan pemangku kepentingan lainnya.
“Kami terbuka terhadap berbagai masukan dan kritik. Ini adalah program bersama yang membutuhkan kolaborasi. Apa yang masih kurang, akan kita perbaiki bersama,” ujar Brian.
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin yang hadir dalam peluncuran program tersebut menekankan pentingnya reformasi sistem pendidikan kedokteran.

enurutnya, masalah pemerataan dokter spesialis harus diselesaikan bersamaan dengan percepatan produksi dokter secara nasional.
“Isu pemerataan dokter spesialis merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri kepentingannya. Kita harus mempercepat produksi dokter dan dokter spesialis demi pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas,” ujar Menkes Budi.
Sebagai bagian dari pelaksanaan program, Kemdiktisaintek menggandeng Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), yang saat ini mengoordinasikan 57 FK untuk membuka 148 program studi baru dokter spesialis dan subspesialis.

Selain itu, lebih dari 350 rumah sakit akan dilibatkan dalam kemitraan pendidikan klinis untuk tahun 2025–2026.
Melalui program akselerasi ini, pemerintah menargetkan peningkatan kuota mahasiswa program spesialis menjadi lebih dari 8.000 mahasiswa pada tahun 2026, atau meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Diharapkan, jumlah lulusan dokter spesialis akan mencapai lebih dari 6.000 per tahun pada 2030.
Selain itu, kebijakan kuota mahasiswa baru untuk program pendidikan dokter umum juga akan ditingkatkan. Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 144 FK dengan total kuota penerimaan sekitar 18.000 mahasiswa per tahun.

Dengan tambahan sekitar 26 FK baru yang diproyeksikan berdiri hingga 2026, serta peningkatan kelulusan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD), jumlah lulusan dokter umum dapat meningkat menjadi sekitar 15.000 per tahun pada tahun 2030.
Dengan berbagai langkah tersebut, Kemdiktisaintek memproyeksikan Indonesia mampu menghasilkan lebih dari 48.000 dokter baru selama periode 2025–2030.

Jumlah ini diharapkan mampu mengurangi kesenjangan tenaga kesehatan yang selama ini menjadi tantangan besar dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan