Baca Koran Jambi Ekspres Online

Petani Muaro Jambi Alihkan Lahan Jagung ke Cabai, Antisipasi Serangan Jamur dan Penurunan Harga Jagung Pakan

Imbas peralihan musim dari kemarau ke musim hujan, membuat petani di Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, mengalihkan tanaman jagung menjadi tanaman cabai.--

MUARAJAMBI, JAMBIEKSPRES.CO– Seiring peralihan musim kemarau ke musim hujan, sejumlah petani di Kabupaten Muaro Jambi mulai mengubah pola tanam mereka.

Di Kecamatan Sekernan, lahan yang sebelumnya ditanami jagung kini beralih menjadi kebun cabai merah.

Di Desa Bukit Baling, hamparan ladang jagung yang dahulu mendominasi kini berganti dengan tanaman cabai yang baru disemai.

Para petani memilih beralih karena meningkatnya risiko serangan jamur pada tanaman jagung saat musim hujan serta menurunnya harga jagung pakan di tingkat petani.

“Jagung itu kalau kelembapan tinggi, jamur cepat menyerang. Begitu kena jamur, hasil turun, harga pun ikut jatuh. Jadi, daripada rugi, kami beralih ke cabai,” ujar Khairul Tamrin, petani asal Bukit Baling, Senin (29/10).

Khairul yang telah menggarap lahan pertanian selama lebih dari sepuluh tahun mengatakan, harga jagung pakan dalam beberapa musim terakhir cenderung stagnan, bahkan sempat turun karena pasokan melimpah dan lemahnya permintaan pasar.

Ia kini menanam cabai di lahan seluas satu hektare bersama kelompok petani setempat.

Dengan target panen pada Januari–Februari 2026, mereka memperkirakan produksi bisa mencapai 0,5 hingga 1 ton per hektare, tergantung kondisi cuaca dan perawatan tanaman.

“Kalau harga cabai bisa bertahan di Rp40 ribu per kilogram, petani sudah bisa bernapas lega. Tapi yang paling penting, ada jaminan harga supaya kami tidak rugi,” ujarnya.

Meski menjanjikan keuntungan lebih tinggi, budidaya cabai juga memiliki tantangan besar.

Tanaman ini membutuhkan perawatan intensif, mulai dari penyiraman, penyemprotan pestisida, hingga pemupukan berkala.

Serangan kutu daun dan lalat buah menjadi ancaman utama jika pengawasan lalai.

“Cabai itu tanaman manja, sedikit salah rawat bisa gagal panen. Tapi hasilnya memang sepadan,” kata Khairul.

Para petani berharap pemerintah daerah dapat memberikan dukungan nyata, tidak hanya dalam bentuk bantuan bibit atau pupuk, tetapi juga kebijakan stabilisasi harga.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan