Kemendikdasmen Apresiasi Inovasi Guru dalam Manfaatkan AI dan Pembelajaran Proyek
Kemendikdasmenmengapresiasi sejumlah guru yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menghasilkan inovasi yang mengubah cara belajar siswa hingga menjawab tantangan nyata di dunia kerja dan lingkungan. --
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) memberikan penghargaan kepada para guru yang berhasil menghadirkan terobosan baru dalam proses pembelajaran, termasuk melalui pemanfaatan kecerdasan buatan (AI).
Inovasi tersebut dinilai mampu mengubah pengalaman belajar siswa serta menjawab kebutuhan dunia kerja dan permasalahan lingkungan.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada para guru yang berinovasi.
Ia menegaskan bahwa dedikasi para pendidik tetap layak diacungi jempol, terlepas dari apakah mereka meraih juara atau tidak.
“Bapak ibu adalah pemenang sejati yang mampu melewati berbagai rintangan namun tetap hadir mendampingi generasi bangsa. Meskipun tidak tampil sebagai juara hari ini, bapak ibu adalah juara di hati saya,” ujarnya.
Salah satu guru yang mendapat penghargaan adalah Naufal Faadhilah dari SMKN 1 Katapang, Kabupaten Bandung.
Ia meraih juara pertama pada kategori Transformatif berkat pengembangan AMIRA (Artificial Mentor for Intelligent Reasoning and Assistance), sebuah asisten belajar berbasis AI untuk siswa jurusan Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim (PPLG).
Berbeda dari sistem bantuan otomatis yang memberi jawaban langsung, AMIRA meminta siswa memaparkan pemahaman mereka terlebih dahulu, sehingga mendorong proses berpikir mandiri.
Pendekatan ini membuat siswa yang semula kurang percaya diri dalam pemrograman kini merasa lebih mampu dan berani mencoba.
Naufal berencana memperluas penggunaan AMIRA agar dapat diterapkan di berbagai mata pelajaran serta mengintegrasikannya dengan sistem administrasi dan penilaian sekolah, sehingga data pembelajaran bisa dimanfaatkan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Penghargaan juga diberikan kepada Didi Setiadi dari SMKN 61 Kepulauan Seribu. Ia memperkenalkan pembelajaran berbasis proyek melalui praktik transplantasi terumbu karang dalam Proyek IPAS menggunakan metode Project Based Learning (PjBL).
Program ini memicu perubahan signifikan pada siswa—mulai dari peningkatan motivasi belajar, pemahaman konsep yang lebih mendalam, kemampuan bekerja sama, hingga kepedulian terhadap isu kerusakan lingkungan.
“Banyak siswa kini mahir berenang dan snorkeling, dan selalu antusias ketika diajak praktik di laut,” kata Didi.
Ke depan, ia berencana mengembangkan area transplantasi karang tersebut menjadi taman karang yang dapat dikunjungi wisatawan untuk aktivitas snorkeling sekaligus menjadi pusat edukasi konservasi terumbu karang. (*)