Bangun Bisnis Kuliner Dengan Menu Utama Makanan Lokal
Para pengunjung saat menikmati makanan lokal Kabupaten Jayapura di Restoran Isasai, yang terletak di pingiran danau di Kota Jayapura, Papua. (ANTARA/HO-Dokumentasi Usilina Epa)--
"Biasanya di pasar Sentani orang menjual ikan gabus sudah diasap lalu tinggal beli dan masak di rumah namun kini sudah jarang," kata perempuan asal Sentani itu.
Usilina mengaku, saat membuka restoran ini ia tidak tahu seperti apa kiranya nanti penerimaan masyarakat karena konsep bisnisnya dianggap tidak lumrah. Namun setelah berjalan beberapa waktu, terbukti semakin banyak pelanggan yang datang baik dari Jayapura maupun luar kota. Para pelanggan itu mengaku sangat senang bisa mendapatkan makanan khas Papua dengan lebih mudah.
Kesulitan mendapatkan bahan baku masih menjadi masalah utama bagi restoran tersebut. Menurut Usilina menu makanan khas Papua sederhana hanya saja bahan baku mulai jarang ditanam, sehingga harganya menjadi mahal.
Butuh kerja sama semua pihak mulai dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kota, maupun tokoh adat, masyarakat serta instansi terkait untuk mempertahankan makanan tradisional tersebut.
"Bahan baku semakin sulit didapatkan kalaupun ada harus mengambilnya dari luar Kabupaten. Jika ada harganya lumayan tinggi dan ini menjadi tugas bersama agar bahan pangan lokal tetap di tanam agar dijual harga murah," katanya.
"Seperti sayur lilin di pasar Sentani harga mulai dari Rp70-100 ribu satu ikat dan harga lumayan tinggi bagi kami yang setiap hari menyajikan makanan itu. Belum lagi sagu, ikan gabus yang seharusnya mudah didapatkan namun karena kurangnya petani maka harga berkali lipat," tambah dia.
Meski demikian, kesulitan bahan baku itu tidak membuatnya patah semangat. Ia terus berupaya menghadirkan makanan lokal dan menyajikannya dengan cara kekinian untuk menarik minat konsumen muda.
"Tamu yang datang kebanyakan orang tua atau sudah berusia karena mengetahui kandungan gizi dan sehat," ujarnya lagi.
Usilina berharap dengan semakin banyaknya makanan tradisional itu dijual di pasar, akan mendorong petani untuk mengembangkan bahan bakunya di kebun mereka. Demikian juga, semakin banyak "mama-mama" Papua yang menjual bahan pangan lokal di pasar.
Ia ingin anak muda berani membuka usaha sejenis yang konsepnya sesuai di daerah masing-masing. Karena Papua memiliki makanan khas yang perlu dilestarikan oleh anak asli setempat.
Perempuan Penjaga Kuliner
Pengembangan pangan lokal juga tengah gencar dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Hortikultura Papua. Dengan mengganti pola konsumsi dari beras ke pangan lokal diharapkan dapat menjadi solusi alternatif warga dalam memenuhi kebutuhan kalori.
Pemerintah Provinsi Papua juga sedang gencar mendorong warga untuk memanfaatkan lahan mereka dengan menanam berbagai sumber pangan lokal.
Pengembangan pangan lokal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan setempat serta membantu meningkatkan perekonomian warga karena memiliki lahan yang bisa dimanfaatkan.
Pendiri Koki Hutan Papua Charles Toto mengatakan Papua membutuhkan lebih banyak perempuan penjaga kuliner karena banyak makanan khas Bumi Cendrawasih lainnya yang belum diperkenalkan kepada masyarakat luas.