Isu Habitat Salah Satu Faktor
HARIMAU SUMATERA: Seekor harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) tertidur usai dibius di pahanya di Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Konflik antara Harimau Sumatera masih terjadi dengan masyarakat. FOTO: ANTARA F--
Konflik Harimau Dan Manusia
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Ekolog satwa liar Sunarto menjelaskan konflik harimau dengan manusia terjadi akibat beberapa faktor termasuk kondisi individu harimau itu sendiri serta habitatnya yang lebih dekat dengan wilayah aktivitas masyarakat.
Menjawab pertanyaan ANTARA di Jakarta, Jumat, Sunarto menjelaskan terdapat tiga faktor atau sumber penyebab konflik terjadi termasuk kondisi dari individu harimau itu sendiri.
"Individu tertentu memiliki kecenderungan terlibat dalam konflik, misalnya individu yang sakit dan mengalami kesulitan untuk berburu satwa mangsanya seperti biasa. Individu jantan muda yang sedang mencari wilayah teritori baru juga umumnya lebih cenderung terlibat konflik dengan manusia atau hewan ternak/peliharaannya," jelasnya.
Selain itu, terdapat faktor kondisi habitat dari individu harimau tersebut. Di mana habitat yang banyak bersinggungan dengan pemukiman atau lahan aktivitas manusia seperti kebun akan memiliki resiko lebih besar terjadinya konflik dibandingkan yang minim bersinggungan dengan manusia.
BACA JUGA:Gubernur Al Haris Launching Tower Repeater GSM, Muara Hemat Kini Sudah Sinyal HP
BACA JUGA:Sembako Murah Jadi Incaran, Perputaran Uang Rp 111 Juta di Bazar TP PKK
Faktor terakhir adalah manusianya. Banyak potensi konflik yang sebenarnya dapat dicegah jika manusianya memiliki pemahaman tentang keberadaan dan sifat-sifat atau pola perilaku harimau.
"Berbagai penyesuaian waktu, lokasi dan bentuk aktivitas dapat dilakukan untuk menghindari dan mencegah terjadinya konflik," kata Sunarto, yang berpengalaman sebagai rekanan riset (research associate) di Research Center for Biodiversity, Institute for Sustainable Earth and Resources (ISER) Universitas Indonesia.
Sebelumnya, baru-baru ini telah terjadi insiden konflik harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dengan masyarakat sekitar di wilayah Kabupaten Lampung Barat dengan yang terbaru terjadi pada 11 Maret lalu.
Dalam pernyataan kepada ANTARA, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko menyebutkan upaya terus dilakukan untuk menangani konflik itu. Telah diturunkan tim patroli, tim penangkapan dan evakuasi satwa serta tim pengamanan masyarakat.
"Kami berpesan dan menghimbau agar seluruh masyarakat tetap tenang dan tidak bertindak anarkis, bahwa Tim Gabungan lapangan KLHK bersama Pemerintah Daerah, TNI, Kepolisian dan Mitra Kerja lainnya tetap bekerja untuk segera menyelesaikan persoalan konflik ini," kata Satyawan pada Kamis (14/3). (ant)