Sabtu, 23 Nov 2024
Network
Beranda
Berita Utama
Terkini
Disway
Jambi Bisnis
Jambi Raya
Metropolis
Olahraga
Pendidikan
Hiburan
Advertorial
Society
Opini
Buser
Nasional
Internasional
Politik
Gaya Hidup
Viral
Network
Beranda
Pendidikan
Detail Artikel
Puisi-Puisi
Reporter:
Adriansyah
|
Editor:
Adriansyah
|
Kamis , 09 Nov 2023 - 20:11
puisi-puisi oleh : marwiyah merayakan kehilangan diriku adalah kehidupan sesaat setelah gegap gempita nyaring terdengar menggema di telinga pada siang meraba kulit membelai kenangan lalu kulupakan namamu kuterbang melayang mencari jati diriku yang baru biarlah peluh menghujam, namun kutetap tersenyum dengan tabah berasa jiwa ingin teriak tapi enggan berontak sejuk di tempat yang panas tetap manis di tempat yang begitu pahit dan kembali kepada realitas puisi otak samar-samar puisimu membuatku meradang, saat kau mulai menjalar di lidah-lidah otakku, menusuk kalbu otakku yang beku, menyelimuti otak dari kedinginan terik matahari. otak mendengus tersenyum pada kejamnya tulang rawan. tanganmu menampar angin, ada wajah yang mengabutkan pandangan menaruh sepi dan duka. tiada suara kasihan, tiada angin mendingin hari tenggelam dalam malam. puisimu mencekik otakku agar membinasakan pikiranku, menusuk-nusuk tubuhku, dikelilingi olah kata-kata yang tumpul yang membakar diri di lidah otakku kau membuka tirai menampilkan reruntuhan yang bisa kau sentuh, memakan bangkai bau amis tersebai, melempar api ke udara panas matahari makin menggila. kau tertidur dalam api yang menyala, lalu pergiku dengan langkah tertusuk api puisi yang kau bakar. kau mengirimku tajamnya pesan. puisimu menarik kaki otak melarangku untuk pergi mengapai mimpi dan menusuk otakku lagi menajamkan pahatan mimpi yang berlawanan. panggung mimpi aku adalah suram yang melatar belakangi ceritamu, berbalut gelap menghiasi panggung sandiwaramu. dengan lakon impianmu berubah pada satu titik cahaya di sudut panggun menikmati kebahagiaan yang tak kau punya. dalam panggung kegelapan hanya setitik nyala berpijar di balik remang-remang hitam putih kehidupan. kau melihat wajah dalam cermin masa depanmu, di panggung kemusyrikan. kau dan ia ibarat dua bintang jauh-berjauhan, ia berada di ujung sana, tertutup gelap yang hampir sempurna. dan kau berada di panggung yang suram dihiasi karpet hitam. kau bertolak belakang dengan takdirmu, yang selalu menjelma menjadi satu titik cahaya yang hidup dalam pekatnya malam. rang-rang berpunggung emas yang bercermin di panggung kegelapan mengharap mimpi melahirkan kenyataan, tanpa adanya suatu yang pasti. kau terdiam dan terus berada di panggung ini, sedang sepi masih setia menemani. di panggung itu kau bayangkan panggung yang megah dihiasi satu titik cahaya yang mengusik diri dengan sayatan mimpi yang membawa tirai-tirai cahaya di ujung panggung. kau berlindung di satu titik cahaya yang melawan hitam putih kehidupan di dalam cermin, melepas sejenak melayang menjadi mimpi tanpa monoleh belakang. menyerahlah pada waktu, kau bahkan tak punya sayap, dan tidurlah bersama teman-temanmu. ketika kau bangun semua seakan sama, itulah tipuan kehidupan. matahari tak akan terbit dua kali sehari. kau hanyalah rang-rang berpunggung emas bertukar rupa menjadi seekor gajah. hidupmu hanya berada di karpet hitam di panggung berlatar belakang suram. kota akar kota kami dijaga akar-akar kecemasan yang menjalar di tengah-tengah gedung pencakar langit, mengantung harapan, menyangga hidup di pucuk akar, langit tak lagi tersenyum menista kebencian. sementara luka tak lagi mampu menahan pedih akar tertusuk kota kami. akar di tengah kota memberi kecemasan, sementara orang- orang tak mampu melukiskan kota kami, terteguk rahasia-rahasia tak punya arti, memberi harapan kegelapan hidup diakar kota, sementara luka tak kunjung sembuh menahan derita kota kami pisau-pisau tak lagi mampu menikam akar- akar kota kami, tetapi akar kota telah menyayat luka harapan bersama senyuman tak berdosa. luka tak kunjung sembuh menahan derita. indahnya langit pun menghilang membawa kecemasan ke peraduannya. sejumput fantasi kita api terjebak di tengah hujan, menusuk jantung-jantung api memberi senyum harapan berteduh di selembar mimpi, mengharap hujan kian reda namun angin melawan harapan kita memutar bola bumi menjelma taman api melalap segala terlihat waktu menjerat sebuah kata mencekik dari mimpi terbatas menjalankan alur derita meski bukan harapan kita, tapi kisah bahagia mereka. tentang penulis marwiyah, lahir di tebing tinggi, 28 mei. alumnus sastra indonesia, universitas jambi. pernah menjadi delegasi munsi iii tahun 2020. posel marwiyah960@gmail.com
1
2
3
4
»
Last
Tag
# puisi-puisi
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Jambi Ekspres 10 November 2023
Berita Terkini
Pemkab Sarolangun Siapkan Program Desa Pangan Aman
Jambi Raya
22 menit
Tingkatkan Daya Saing Produk Kerajinan Lokal di Muaro Jambi
Jambi Raya
22 menit
Pelaku Industri Minta Tiga Langkah Agar Indonesia Kuasai Pasar AI
Nasional
23 menit
Penjaminan Mutu Jamin Pengakuan Kualitas Lulusan Pesantren
Nasional
23 menit
Tips Fesyen ‘Layering’ Sesuai Tipe Badan
Gaya Hidup
24 menit
Berita Terpopuler
Psikolog Sebut Aromaterapi Dapat Bantu Kelola Stres
Gaya Hidup
24 menit
Tips Fesyen ‘Layering’ Sesuai Tipe Badan
Gaya Hidup
24 menit
Investasi Emas Makin Menarik, Harga Emas Antam Tembus Rp1.541.000
Terkini
11 jam
Ajak Guru Kuasai Pedagogi Modern dan Pembelajaran Transformatif
Pendidikan
3 jam
Pelaku Industri Minta Tiga Langkah Agar Indonesia Kuasai Pasar AI
Nasional
23 menit
Berita Pilihan
Makanan Bersantan Sebaiknya Tidak Dipanaskan Berulang, Ini Saran Dokter
Gaya Hidup
2 minggu
Ko Apex Kekasih Dinar Candy Jalani Sidang Perdana Kasus Pemalsuan Dokumen dan Penggelapan
Buser
2 bulan
VIRAL! Siswi SMP di Kota Jambi jadi Korban Perundungan, Disundut Rokok hingga Disiram Minuman
Buser
2 bulan
Investor Mesti Kebut Jalan Khusus, Walau Ada Hambatan di Pembebasan Lahan
Berita Utama
2 bulan
Pj Bupati/Walikota dan Calon Petahana Diminta Jangan Libatkan ASN di Pilkada
Politik
2 bulan