Perluasan Transaksi Bilateral Mata Uang Lokal Hingga ke UEA
Reva Dian Chalista Analis Yunior – Departemen Keuangan Bank Indonesia--
Oleh : Reva Dian Chalista
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo terus mendukung kampanye penggunaan mata uang lokal melalui Local Currency Transaction (LCT). Hal ini utamanya didorong tingginya ketergantungan terhadap US Dollar yang berdampak pada peningkatkan kerentanan perekonomian Indonesia terhadap gejolak yang bersumber dari perekonomian global.
Dominasi USD dalam transaksi perdagangan internasional dan investasi ini memiliki risiko. Apalagi karakteristik pasar valas Indonesia cenderung net demand yang menyebabkan potensi risiko global shocks dari nilai tukar tinggi. Persoalan ini juga dibayangi oleh antisipasi risiko peningkatan suku bunga acuan The FED sebagai dampak tekanan inflasi yang masih persisten tinggi, kenaikan harga komoditas global akibat eskalasi geopolitik yang meningkat.
Dinamika global tersebut memiliki risiko pengalihan arus modal ke safe haven asset. LCS ini digagas sebagai salah satu bentuk mitigasi risiko atas dominasi dolar AS melalui peningkatan eskposur Rupiah dan diversifikasi mata uang di pasar valas domestik. Di samping mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan US Dollar, LCT juga memiliki sejumlah manfaat bagi pelaku usaha dan masyarakat pada umumnya. Penggunaan LCT juga memberikan kenyamanan, seiring berkurangnya risiko volatilitas nilai tukar sehingga cocok dijadikan instrumen lindung nilai (hedging).
Di samping itu, biaya transaksi dapat menjadi lebih efisien melalui direct quotation yang cenderung lebih rendah dibandingkan apabila cross rate dengan mata uang US Dollar. Pengiriman dana juga dapat dilakukan lebih cepat seiring dengan perbedaan zona waktu yang tidak terlampau jauh. Pengguna LCT juga dapat memanfaatkan kesempatan untuk membuka rekening IDR di negara mitra serta mendapatkan pembiayaan untuk perdagangan dan investasi dari bank di negara mitra.
Sejak tahun 2018 Bank Indonesia telah menjalin kesepakatan dengan Malaysia dan Thailand, kemudian diikuti oleh Jepang pada tahun 2020 dan kemudian Tiongkok pada tahun 2021. Lebih lanjut, Bank Indonesia terus berkomitmen untuk memperluas kerjasama LCS dengan negara mitra utama lainnya seperti Singapura, Korea Selatan, India, dan Filipina. Hingga saat ini transaksi LCS terus bertambah. Secara year to date, transaksi LCS hingga Juli 2023 tercatat USD 3,77 miliar.
Rata-rata bulanan transaksi LCS Juli 2023 tercatat USD 543 juta, meningkat 59% dari rata-rata bulanan LCS tahun 2022 sebesar USD 342 juta. Rata-rata bulanan pelaku LCS Januari s.d Juli 2023 tercatat 2,178 nasabah, meningkat 25% dari 1.741 di tahun 2022 Hingga saat ini, Bank Indonesia terus melakukan perluasan melalui penandatangan MoU dengan Gubernur Bank Sentral Uni Emirat Arab dalam rangka mendukung peningkatan hubungan perdagangan dua negara.
Selain memfasilitasi transaksi menggunakan Dirham UEA dan Rupiah Indonesia, MoU ini juga memungkinkan untuk mendukung pengembangan pasar keuangan. Perjanjian ini akan menjadi acuan bagi kedua negara untuk berkolaborasi mendorong penggunaan mata uang nasional yang bertujuan mendukung stabilitas perekonomian dan stabilitas sistem keuangan. (Analis Yunior – Departemen Keuangan Bank Indonesia)