BI Mengingatkan Untuk Jaga Pangan, Jaga Inflasi di Provinsi Jambi

JAGA HARGA PANGAN: Gerakan Pangan Murah (GPM) harus terus dilanjutkan sebagai upaya menjaga inflasi pada Juni 2024 di Provinsi Jambi. FOTO: M RIDWAN/JE --

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO- Bank Indonesia (BI) Provinsi Jambi mengingatkan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) setempat untuk melanjutkan Gerakan Pangan Murah (GPM) sebagai upaya menjaga inflasi pada Juni 2024.

Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Jambi Robby Fathir di Jambi, Selasa, mengatakan BI Jambi memperkirakan inflasi akan terjadi pada Juni 2024 sehubungan belum pulih dan stabilnya ketersediaan sejumlah komoditas pangan strategis.

Kondisi ini, kata dia, pasca terjadinya banjir dan tanah longsor baik di Provinsi Jambi maupun pada beberapa daerah pemasok komoditas.

"Seperti Sumatera Barat dan Jawa Tengah yang diperkirakan memberi efek rambatan pada beberapa kota dan kabupaten indeks harga konsumen di Jambi," kata Robby.

BACA JUGA:Bank Jambi Kurban 41 Ekor Sapi dan 7 Ekor Kambing

BACA JUGA:Mediasi di PN Jambi Terkait Polemik SDN 212 Kota Jambi

Robby mengatakan memitigasi risiko tersebut, BI melanjutkan sinergi dengan pemerintah daerah melalui TPID dan Tim Satgas Pangan serta melanjutkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan Gerakan Pangan Murah (Murah) serentak.

Upaya ini dilakukan untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif terkait perkembangan inflasi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) secara bulanan Inflasi Provinsi Jambi pada Mei 2024 mengalami inflasi sebesar 0,19 persen (mtm).

Secara tahunan Provinsi Jambi tercatat mengalami inflasi sebesar 3,55 persen (yoy). Berdasarkan komoditasnya, jenis barang atau jasa yang mendorong inflasi disumbangkan oleh cabai merah, bawang merah, emas perhiasan, kopi bubuk dan cabai hijau.

Peningkatan harga cabai merah, cabai hijau dan bawang merah didorong oleh peningkatan harga dari daerah pemasok yaitu Jawa, seperti Tegal dan Brebes karena terjadinya gagal panen dan penurunan pasokan komoditas.

Peningkatan harga kopi bubuk didorong oleh berkurangnya pasokan komoditas sehubungan dengan kondisi cuaca hujan yang menyebabkan banjir dan tanah longsor sehingga menyebabkan penurunan produksi kopi di daerah pemasok Kabupaten Kerinci.

Ia menyebutkan inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan beras, kentang, tarif kendaraan travel, Ikan nila, dan angkutan udara. (ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan