Butuh Investasi Rp 540,9 Miliar

Petugas saat membersihkan tempat penampungan air PDAM--

Perumdam Tirta Mayang Kejar Target Produksi 2.000 Liter/Detik

 

JAMBI - Komisi II Dewan Perwakilan Daerah Kota Jambi melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait dengan permasalahan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang dikelola oleh Perumdam Tirta Mayang Kota Jambi, Rabu (25/10/2023).

Rapat tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Komisi II Juneni Singarimbun dan dihadiri Anggota Komisi II, Sutiono, Fuad Safari, dan Suherman. Sementara dari pihak Perumdam Tirta Mayang, diwakili oleh Direktur Teknik, Muztazal Khomidi, SDM Div. Sekretaris Perusahaan, Arianto, Ketua KKI, Husean Pancanata dan lainnya.

Direktur Teknik, Muztazal Khomidi, dalam wawancaranya kepada wartawan menyampaikan, jika Perumdam Tirta Mayang memiliki beberapa permasalahan diantaranya bangunan intake yang operasionalnya belum optimal. Diantaranya adalah intake Pasir Panjang dan Tanjung Johor, intake Pulau Pandan atau Benteng, dan Intake Sijenjang.

"Di musim kemarau terjadi pendangkalan sehingga air baku tidak optimal masuk pipa sadap," katanya, Rabu (25/10).

Selain itu, Perumdam Tirta Mayang juga memiliki beberapa permasalahan pada Instalasi Pengolahan Air (IPA). Diantaranya adalah IPA Tanjungsari, IPA Benteng dan IPA Broni 1.

"Khusus IPA Benteng memang sudah sejak 2019 tidak kita operasionalkan, karena kondisinya memang sudah sangat tua perlu peremajaan," katanya.

Pada bangunan Booster Pump, Perumdam Tirta Mayang juga mengalami keterbatasan lahan booster existing untuk melakukan pengembangan, selain itu juga terbatasnya biaya investasi untuk pembangunan atau pengembangan Booster. Diantaranya  Booster M Kukuh, Booster kebun daging, Booster Bagan Pete dan Booster Talang Bakung.

"Untuk perpompaan, kami juga masih ada pompa yang usianya sudah tua, tapi masih dioperasikan. Belum tersedianya pompa cadangan di beberapa intake, lalu kemampuan pompa tidak dapat memenuhi lagi kebutuhan wilayah pelayanan," jelasnya.

Mustazal menambahkan, untuk jaringan transmisi dan distribusi, pihaknya juga masih mengalami kendala banyaknya pipa yang usianya sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini. Kemudian banyak jalur pipa yang berada di badan jalan.

"Ada jaringan pipa yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Kami juga terkendala perizinan pemasangan dan perbaikan pipa di jalan nasional, lalu terbatasnya area galian untuk pipa di beberapa Jalan Utama serta terbatasnya biaya investasi untuk pengembangan jaringan pipa," tambahnya.

Selain itu, angka Air Tak Berekening (ATR)/Non Revenue Water (NRW) juga salah satu indikator yang memengaruhi kinerja dan layanan PDAM/BUMD Air Minum.

"Ada kualitas meter air pelanggan yang digunakan masih kelas B, masih tingginya ilegal connection, kemudian pembacaan Meter air pelanggan masih manual," jelasnya.

Untuk mengatasi permasalahan itu pihak manajemen telah menghitung biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk mengurangi atau memperbaiki permasalahan tersebut.

Pihak manajemen telah menghitung biaya untuk bangunan intake, instalasi pengolahan air (IPA), bangunan Booster Pump, perpompaan, jaringan transmisi dan distribusi, serta ATR dan NRW totalnya Rp 540,9 miliar.

Sementara, Ketua Komisi II DPRD Kota Jambi, Junedi Singarimbun menjelaskan, beberapa persoalan yang ada di Perundam Tirta Mayang.

"Permasalahan yang ada mulai dari permasalahan jaringan, masalah intake dan anggaran yang dibutuhkan tadi sudah kita bahas," katanya.

Dalam rencana investasinya, Perumdam Tirta Mayang membutuhkan anggaran sekitar Rp 540,9 miliar selama 5 tahun ke depan.

"Berapa dan apa yang telah dibahas tadi telah diserahkan kepada Komisi II untuk selanjutnya akan dibahas lebih lanjut. Ini menjadi pedoman kami untuk pelayanan air minum ke depan itu seperti apa, dan berapa biaya yang dibutuhkan untuk mencapai target itu," katanya.

Yang paling krusial kata Junedi, itu masalah jaringan yang lama-lama atau sudah berusia puluhan tahun. Persoalan itu harus dibereskan. Selain itu juga ada persoalan intake seperti Intake Sijenjang yang kapasitasnya 300 liter per detik, hanya mampu beroperasi 160 liter per detik.

"Kami minta semua dimaksimalkan, baik intake maupun IPA. Sehingga pelayanan air minum ke depan menjadi lebih baik daripada saat ini. Target produksi 2.000 liter per detik bisa tercapai, sekarang kan baru di posisi 1.400 liter per detik. Karena perumahan-perumahan yang berkembang di kota Jambi ini sangat pesat. Termasuk juga kita dorong untuk pembelian- pembelian lahan yang bisa digunakan untuk pengembangan bisnis PDAM ke depan," jelasnya.

Junedi mengingatkan, agar pemerintah kota Jambi menjalin komunikasi dengan pemerintah provinsi, pihak balai (BWSS), dan juga pemerintah pusat. Sehingga pelayanan air minum kedepan bisa dimaksimalkan.

"Karena kan kita tidak bisa mengandalkan biaya dari Tirta Mayang, dia tidak akan mampu. Makanya harus ada kolaborasi dengan provinsi dan pusat," pungkasnya. (hfz)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan