Sajikan Kopi Berkelas, Terobasan Baru Bagi Para Pemakai Narkoba
BARISTA: Seorang warga mengikuti pelatihan keterampilan menjadi barista kopi dari BNN RI. FOTO: ANTARA/ M. SAHBAINY NASUTION --
Setelah pelatihan tersebut masih akan berlanjut dengan kerja sama, karena mentor dalam kegiatan itu juga akan mendukung penyiapan bahan baku kopi sehingga para peserta dapat terus meningkatkan keterampilannya dalam mengolah dan meramu minum kopi yang kini banyak digemari semua kalangan di berbagai daerah dan dunia.
Pada kegiatan pelatihan keterampilan itu, BNN memprioritaskan tujuh daerah sebagai lokasi pembinaan keterampilan untuk mencegah peredaran narkoba di masyarakat.
Inspektur Utama Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Irjen Pol Wahyono mengemukakan tujuh wilayah yang menjadi prioritas pencegahan, dengan pola soft power approach itu adalah Sumatera Utara, Aceh, Palembang, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau dan Palembang.
Kegiatan oleh BNN itu berupa bimbingan teknis, pelatihan keterampilan hidup dan lainnya, yang dikhususkan untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas masyarakat, khususnya yang rawan menjadi tempat peredaran narkoba.
Dengan memiliki keterampilan hidup dari pelatihan itu, maka lingkungan yang terindikasi rawan peredaran narkoba memiliki daya cegah dan daya tangkal terhadap ancaman bahaya obat terlarang tersebut.
Untuk kegiatan pelatihan di Kota Medan diikuti oleh 365 orang yang terdiri dari mantan penyalahguna narkoba maupun masyarakat yang tinggal di daerah rawan peredaran narkoba.
Materi pelatihannya bukan hanya mengenai barista, melainkan juga pembuatan minuman jahe merah, dan produk makanan lainnya, disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing yang bisa dikembangkan oleh anak muda.
Mengubah Perilaku
Ahli psikologi dari Universitas Sumatera Utara Kiki Fatmala Sari mengatakan, adanya peningkatan keterampilan yang diberikan kepada masyarakat pada daerah rawan narkoba dengan harapan dapat berwirausaha atau mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, tentunya memiliki pengaruh yang positif.
Masyarakat memiliki aktivitas yang terstruktur dan bermanfaat, sehingga kemungkinan terjerat kepada pikiran dan perilaku negatif dapat teralihkan pada kesibukan yang lebih bermanfaat, apalagi dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Dengan memiliki satu keterampilan yang positif dan berguna bagi keberlangsungan hidupnya, maka rasa mampu seseorang akan meningkat, yang kemudian juga meningkatkan rasa berharga atau berguna bagi kehidupan.
Meskipun demikian, mengubah perilaku dan kebiasaan seseorang itu tidak mudah, termasuk pada mereka yang sudah kecanduan narkoba. Upaya itu memerlukan konsistensi dan keseriusan, khususnya yang berangkat dari motivasi diri.
Dengan kolaborasi berbagai pihak, seperti dalam pelatihan di Kota Medan itu, yakni inisiatif dari BNN kemudian didukung oleh mentor barista, dan tentunya keluarga para mantan pecandu, maka tingkat keberhasilan untuk mencegah maupun untuk membentengi mantan pecandu agar tidak kembali ke pola kehidupan sebelumnya akan lebih bagus.
Hal yang tidak kalah penting dalam upaya memberantas peredaran narkoba ini adalah penerimaan masyarakat terhadap para mantan pecandu. Dengan memiliki keterampilan baru yang lebih bermanfaat, maka secara perlahan, para pecandu itu akan mudah diterima oleh masyarakat.
Hasil akhir dari pelatihan oleh BNN itu adalah keterampilan baru bagi para pecandu yang dapat mereka gunakan untuk bekal mencari kerja atau bahkan mereka menjadi wirausaha baru dengan membuka kafe atau warung kopi dengan penyajian berkelas barista, sehingga mereka tidak lagi mampu "digoda" oleh jeratan bandar serta pengedar narkoba. (ant)