Kemendikbudristek Targetkan Sertifikasi PPG 1,2 Juta Guru Tuntas pada 2025
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Nunuk Suryani saat kunjungan kerja di SDN 47 Pekanbaru.--
PEKANBARU, JAMBIEKSPRES.CO-Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkomitmen untuk menyelesaikan sertifikasi Pendidikan Profesi Guru (PPG) bagi 1,2 juta guru hingga tahun 2025.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Nunuk Suryani menyampaikan di Pekanbaru, Provinsi Riau, Kamis, bahwa tahun ini sekitar 598 ribu lebih guru sedang mengikuti program PPG.
“Jumlah guru secara nasional mencapai 3 juta. Dari angka tersebut, baru 1,3 juta guru yang telah memiliki sertifikat, atau sekitar 44,96 persen,” jelas Nunuk.
Dia juga mengungkapkan bahwa masih terdapat 1,6 juta guru yang belum tersertifikasi.
Namun, hanya 1,2 juta yang memenuhi syarat untuk mengikuti program PPG, karena sisanya belum menyelesaikan pendidikan S1.
Pada tahun 2024, Nunuk melanjutkan, Kemendikbudristek telah mencatat 589.589 guru telah menyelesaikan PPG, sedangkan 713.582 guru lainnya masih belum mengikuti seleksi. Diupayakan agar semua guru yang belum mengikuti dapat terlibat dalam program ini pada 2025.
“Sebanyak 90.143 guru saat ini terlibat dalam proyek pilot untuk program ini, sementara 499.446 guru akan mengikuti tahap berikutnya,” ujarnya.
Nunuk menambahkan bahwa anggaran untuk mendukung sertifikasi guru juga mengalami peningkatan dari sebelumnya Rp50 triliun menjadi Rp70 triliun.
Peningkatan anggaran sebesar Rp20 triliun ini bertujuan untuk memberikan tunjangan kepada para guru bersertifikat.
"Saya berharap semua target ini dapat tercapai pada tahun 2025," katanya.
Di sisi lain, Anggota Komisi X DPR RI, Muhamad Nur Purnamasidi, menekankan pentingnya Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 19 Tahun 2024 tentang Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagai peluang untuk mempercepat sertifikasi guru.
"Permendikbudristek Nomor 19 Tahun 2024 yang terbit pada Mei lalu menjadi momen penting untuk mempercepat proses sertifikasi bagi hampir 1,6 juta guru yang belum mengikuti," ujar Purnamasidi.
Dia menambahkan bahwa langkah ini penting untuk menghindari penurunan minat terhadap profesi guru yang dapat mengarah pada "krisis guru" di masa depan.
"Jika kondisi ini tidak diatasi, bisa jadi minat untuk menjadi guru akan menurun drastis, yang pada akhirnya mengancam pencapaian target Indonesia Emas Tahun 2045," tutupnya. (*)