Kekeringan Parah Serang Ratusan Hektare Sawah di Batanghari, Lahan Sawah Mengering dan Retak

Ratusan hektar lahan sawah warga di Batanghari kekeringan dan retak.--

MUARABULIAN, JAMBIEKSPRES.CO-Musim kemarau yang berkepanjangan telah menyebabkan krisis kekeringan di Kabupaten Batanghari, dengan dampak yang signifikan terhadap ratusan hektare lahan sawah di wilayah tersebut.

Berdasarkan laporan terbaru pada Jumat (9/8), sekitar 990 hektare lahan sawah mengalami kekeringan yang parah.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dari Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (PPP) Kabupaten Batanghari, Roma Uliana, menjelaskan bahwa kekeringan ini terbagi dalam tiga kategori berdasarkan tingkat keparahannya: kekeringan ringan, sedang, dan berat.

BACA JUGA:UPTD SPAM Tanjabtim Optimalkan Pelayanan Air Bersih Menghadapi Musim Kemarau

BACA JUGA:Dampak Kemarau, Warga Sarolangun Minim Dapat Pasokan Air Bersih

Data menunjukkan bahwa 914,52 hektare lahan mengalami kekeringan ringan, 68 hektare berada dalam kategori kekeringan sedang, dan 6,5 hektare mengalami kekeringan berat.
Khusus untuk lahan seluas 6,5 hektare yang berada dalam kategori kekeringan berat, terdapat risiko tinggi terhadap gagal panen atau puso.

Kondisi ini menyebabkan tanah mengeras dan retak-retak, sehingga sangat sulit untuk dikelola dan ditanami kembali.

Kekeringan yang berlangsung selama sekitar satu bulan ini telah mengeringkan banyak area persawahan, menjadikannya tidak produktif.

BACA JUGA:Petani Padi Rasakan Dampak Kemarau, Lahan Kering dan Berharap Bantuan Pengaliran Air dari Pemerintah

BACA JUGA:Siaga Karhutla 2024, Tanjabtim Bersiap Hadapi Musim Kemarau
"Kami mengalami kekeringan yang cukup lama tanpa adanya hujan, sehingga banyak lahan sawah yang saat ini sudah mengering dan retak. Kondisi ini membuat pengolahan tanah menjadi sangat sulit," kata Roma Uliana.
Untuk menghadapi situasi ini, pihak Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan telah melakukan koordinasi dengan setiap kecamatan untuk memanfaatkan pompa air yang telah disediakan oleh pemerintah.

Langkah ini diharapkan dapat mengurangi dampak kekeringan dan membantu petani dalam mempertahankan produktivitas lahan mereka.
"Kami telah menginstruksikan para petani untuk memanfaatkan pompa air yang disalurkan oleh pemerintah pada awal tahun. Ini adalah salah satu upaya kami untuk mengantisipasi kekeringan dan meminimalisir dampaknya," tambah Roma Uliana.
Selain itu, pihak berwenang juga tengah mencari solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah kekeringan yang semakin sering terjadi.

BACA JUGA:Tanjabtim Siaga Karhutla, Antisipasi Musim Kemarau dan Ancaman Kebakaran Lahan

BACA JUGA:Jambi Hadapi Puncak Kemarau pada Juli-Agustus, BMKG Minta Warga Hemat Air

Peningkatan infrastruktur pengelolaan air dan sistem irigasi menjadi salah satu fokus utama untuk memastikan ketersediaan air yang cukup bagi lahan pertanian di masa depan.
Roma Uliana juga berharap agar musim kemarau ini segera berakhir sehingga para petani dapat kembali melaksanakan aktivitas pertanian mereka dengan optimal dan menghindari kerugian lebih lanjut.

"Kami berharap cuaca segera membaik agar para petani bisa segera memanen hasil sawah mereka dan menghindari kerugian yang lebih besar," ujarnya.
Situasi ini menjadi pengingat pentingnya adaptasi dan perencanaan yang matang dalam menghadapi perubahan iklim dan dampaknya terhadap sektor pertanian.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan