Waspada Bahaya Obesitas dari Konsumsi Minuman Manis

Ilustrasi - Minuman manis dalam kemasan. ANTARA/Sizuka --

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Dr. dr. Luciana Sutanto, MS, Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Universitas Indonesia, mengingatkan risiko obesitas akibat konsumsi minuman berpemanis secara berlebihan. 

"Konsumsi minuman berpemanis secara terus-menerus dapat menyebabkan peningkatan asupan kalori, yang berpotensi meningkatkan risiko obesitas dan penyakit metabolik," ujar Luciana sebagaimana dikutip jambiekspres.co dari ANTARA.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta melaporkan bahwa saat ini sebanyak 60 anak sedang menjalani terapi penyakit gagal ginjal di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM).

BACA JUGA:Lonjakan Pasien Rawat Inap Covid-19 di Korea Selatan Meningkat Enam Kali Lipat

BACA JUGA:Berbagi Tips Gerakan Ringan untuk Kesehatan Sendi Usia 60+

Di media sosial, banyak kasus anak-anak dan remaja yang menderita gagal ginjal akibat konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) secara berlebihan.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengimbau masyarakat untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis yang mengandung gula, guna menghindari risiko berbagai penyakit. 

Selain itu, Peraturan Pemerintah 28 Tahun 2024 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan bertujuan mengurangi konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) yang berlebihan.

Luciana menekankan bahwa konsumsi minuman berpemanis, baik dalam kemasan maupun tidak, memiliki risiko yang sama terhadap obesitas dan penyakit metabolik, termasuk diabetes melitus, kolesterol tinggi, asam urat, hipertensi, dan gangguan kesehatan lainnya. Khususnya untuk anak-anak, ia menekankan pentingnya edukasi mengenai pola makan sehat kepada orang tua dan murid.

BACA JUGA:Pemberian MPASI Terlalu Dini Dapat Menyebabkan Masalah Pencernaan

BACA JUGA:Tips dan Cara Deteksi Dini Benjolan Tiroid di Rumah dari Dokter Spesialis

"Edukasi sebaiknya berpedoman pada pola makan gizi seimbang sesuai arahan Kemenkes. Pengetahuan tentang makan sehat harus diajarkan di sekolah dan diterapkan dalam masyarakat," tambahnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengingatkan bahwa sekitar 13 persen populasi Indonesia, atau sekitar 35,8 juta orang, mengalami diabetes mellitus. Tanpa penanganan yang tepat, risiko ini dapat meningkat. 

"Jika penanganan tidak dilakukan, penyakit bisa berkembang menjadi kronis. Salah satu indikator mudah adalah ukuran celana jeans; ukuran di atas 34 bisa menunjukkan risiko gula darah tinggi," ujar Budi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan