Masyarakat Dilarang Tangkap Ikan Sampai Sasi Dibuka
PEMBUKAAN SASI : Pembukaan Sasi di Pulau Lemon pada Sabtu 25 Mei 2024. --
Sasi, Tradisi dan Siasat Unik Warga Pulau Lemon Jaga Habitat Bahari
Sasi dapat diartikan sebagai larangan secara adat untuk mengambil hasil sumber daya alam di sekitar. Sasi diberlakukan sebagai bentuk etika tradisional masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan.
LAUT masih begitu tenang saat Echon, sapaan Alexander Sitanala, menceburkan diri ke perairan Teluk Doreri yang terletak di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat.
Hanya dengan peralatan menyelam ala kadarnya seperti masker kaca (face mask), pipa nafas (snorkell) dan fins atau sepatu katak, Echon mulai menjelajahi alam bawah laut di sekitar Pulau Nusmapi atau yang lebih dikenal dengan Pulau Lemon.
“Masih banyak ikan, yang besar juga masih banyak,” kata Echon, sesaat setelah muncul di permukaan usai meliuk-liuk di kedalaman laut selama 5 menit lebih.
Melakukan “molo” atau menyelam memang menjadi keseharian pria paruh baya yang jadi Ketua Ketapang Dive Community ini. Baginya, berada di kedalaman laut dalam hitungan 5-10 menit bukan hal yang sulit dilakukan.
Sebagai penyelam sekaligus pemerhati lingkungan, Echon ingin melihat dampak langsung dari tradisi buka sasi yang baru saja dilakukan oleh warga Pulau Lemon.
Masyarakat Pulau Nusmapi atau Pulau Lemon sebelumnya telah melakukan upacara tutup sasi sejak 31 Maret 2023.
Itu artinya masyarakat dilarang mengambil hasil laut seperti ikan di seluruh kawasan laut sekitar Pulau Lemon yang seluas 48,830 hektare. Jika ada yang melanggar maka dipercaya warga bahwa pelaku akan mendapatkan bala atau bencana.
Setelah setahun, warga Pulau Lemon kemudian melakukan upacara buka sasi pada 25 Mei 2024. Pada waktu itulah warga dibebaskan untuk menangkap ikan di sekitar Pulau Lemon. Namun, buka sasi juga hanya dibatasi hingga 1 Agustus 2024.
“Sebelum sasi, saat menyelam kami lihat ikan sangat sedikit di daerah itu. Akan tetapi setelah sasi, jumlah ikan meningkat. Bahkan kami juga bisa melihat penyu di situ,” ungkap Echon.
Sembari menikmati kelapa muda segar yang dipetik di sekitar Pulau Lemon, Echon mengakui, sasi yang diinisiasi masyarakat Pulau Lemon dan pihak gereja GKI Bahtera Utrecht merupakan hal positif bagi kelestarian lingkungan.
Sasi merupakan siasat atau cara masyarakat adat untuk menjaga lingkungan dan menjaga habitat dari ekosistem di wilayah bahari Pulau Lemon.