JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO – Jambi memasuki musim kemarau. Di Kota Jambi sudah hampir satu bulan tidak diguyur hujan.
Kondisi ini mulai dirasakan dampaknya oleh para petani di Kota Jambi. Kekeringan mengganggu awal musim tanam padi, yang biasanya dimulai pada Juli.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jambi, Evridal Asri, menjelaskan bahwa musim kemarau ini telah memengaruhi dan mengganggu jadwal awal musim tanam.
"Seharusnya, awal musim tanam dilakukan pada Juli ini. Namun, kekeringan yang melanda menyebabkan penundaan," katanya.
Evridal menambahkan, para petani diminta untuk memanfaatkan mesin pompa air untuk mengurangi dampak kekeringan sehingga mereka masih bisa melakukan tanam padi.
BACA JUGA:Siapkan Lahan 10 Ha di Tiap Kabupaten Kota Dijadikan Lahan Holti Abadi
BACA JUGA:Prioritaskan Aspek Lingkungan dan Budaya Revitalisasi KCBN Muarajambi
Meskipun hujan sudah lama tidak turun, dampak musim kemarau belum terlalu signifikan karena masih bisa diatasi dengan pompanisasi di lahan pertanian.
Pemerintah Kota Jambi sebut dia, berencana untuk memantau kondisi cuaca lebih lanjut untuk menentukan waktu yang tepat memulai musim tanam, guna mencegah potensi gagal panen.
Sementara itu, sejumlah lahan sawah di Kota Jambi telah mulai mengering dan tanahnya retak akibat kemarau.
Kondisi ini menyebabkan kekhawatiran di kalangan petani mengenai kemungkinan gagal panen jika hujan tidak segera turun.
Apani, salah seorang petani padi di Kota Jambi, mengaku cemas melihat kondisi sawahnya. "Aliran sungai dan saluran pengairan mengering, sehingga tanah menjadi retak. Padi yang sudah ditanam kurang lebih dua bulan terancam gagal panen," ungkapnya.
Petani padi lainnya, Zahara, juga menyampaikan harapannya akan bantuan berupa sumur dan mesin semprot dari pemerintah.
"Kami berharap adanya dukungan agar potensi gagal panen dapat diminimalisir," ujarnya.
Pemerintah Kota Jambi diharapkan dapat segera memberikan bantuan yang diperlukan untuk membantu petani mengatasi dampak kekeringan, dan memastikan kelancaran proses tanam serta hasil panen yang optimal. (*)