Prioritaskan Aspek Lingkungan dan Budaya Revitalisasi KCBN Muarajambi
PEMUGARAN: Proses pemugaran Candi Koto Mahligai di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi di Provinsi Jambi. Selasa (30/7/2024). FOTO: ANTARA/Asep Firmansyah --
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan proses revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarojambi tetap memprioritaskan aspek ekosistem lingkungan serta budaya masyarakat.
"Kami memahami bahwa revitalisasi KCBN Muarajambi tidak hanya tentang melestarikan warisan budaya, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan hidup," ujar Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi Agus Widiatmoko. Saat ini proses revitalisasi masih berlangsung, baik untuk candi-candi maupun kanal-kanal. Ada empat candi yang masih dalam tahap ekskavasi maupun pemugaran yakni Candi Koto Mahligai, Candi Parit Duku, Candi Menapo Alun-alun, dan Candi Sialang.
Sementara 11 candi seperti Kedaton, Gedong, dan Astano telah selesai proses pemugarannya.
Tak hanya pemugaran dari sisi candi, kanal-kanal purba yang menyertainya ikut diperbaiki tanpa menghilangkan identitas aslinya. Kanal-kanal tersebut ada yang hanya mengelilingi candi maupun ada saling menghubungkan antara satu candi ke candi lain.
BACA JUGA:Sinsen Perkuat Literasi Digital di Kalangan Pelajar
BACA JUGA:DPRD Kota Jambi Gelar Paripurna Jawaban Eksekutif
Kanal-kanal ini dulunya memiliki peran penting dalam sistem irigasi, penampung air, pengendali banjir hingga transportasi masyarakat setempat.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 115 candi, kanal, maupun menapo (gundukan diduga candi) yang berada di kawasan seluas 3.981 hektar tersebut. Lokasinya terpisah-pisah.
Menurut Agus, candi letaknya berada di dalam hutan sudah banyak tertutup pohon. Saat proses ekskavasi dan pemugaran tidak semua pohon ditebang. Sebagian pohon dibiarkan tetap utuh di atas maupun sekitar bangunan candi, layaknya Angkor Wat di Kamboja.
Candi Koto Mahligai misalnya, sebelum dilakukan revitalisasi, sisi tengah dari candi utama telah ditumbuhi pohon. Peneliti tidak menebang pohon tersebut karena berhubungan dengan struktur batu penyusun candi yang dikhawatirkan berubah dan rusak.
Menurutnya, langkah ini juga akan menghindari rusaknya lapisan tanah, akar pohon, dan temuan-temuan penting yang ada di dalam tanah kawasan tersebut.
"Oleh karena itu, kami memastikan bahwa proses revitalisasi dilakukan dengan sangat hati-hati dan mempertimbangkan dampaknya terhadap alam, termasuk melakukan ekskavasi secara manual dengan tangan manusia," kata dia.
Di samping itu, sejumlah program pengembangan dilakukan untuk mengaktivasi nilai-nilai budaya setempat. Sejumlah kegiatan telah digelar dan akan terus berlanjut.
Ia mencontohkan kegiatan tersebut seperti Pasar Dusun Karet (Paduka) serta pasar apung yang menjadi pusat aktivitas warga dalam menawarkan berbagai produk olahan bumi dan produk kreativitas lainnya.