Pemprov Klaim Atasi Lewat Dana BTT
JAMBI - Harga cabai masih meroket sejak beberapa pekan lalu. Harga normal Rp 30 ribu menjadi Rp 70 ribu. Pemerintah menyebut melambungnya harga karena sedikitnya distribusi dan dampak cuaca.
Untuk mengatasi kesulitan itu Pemerintah mengklaim telah menyiapkan dana Bantuan Tak Terduga. Namun sayangnya masyarakat belum merasakan solusi itu, karena harga masih mahal.
Eni, masyarakat yang berbelanja di Pasar Angso Duo pada Minggu (19/11) mengungkapkan harga cabai masih melonjak. "Biasanya beli Rp 30 per kilo, sekarang Rp 70 ribu, itu pun penjual nampaknya sedikit stok di pasar. Karena harga ini kita juga beli sedikit, kurangi porsi masak jadinya," katanya.
Ia mengaku tak habis pikir dan belum terlihat solusi pemerintah menekan harga bumbu utama dapur ini. "Heran ya, belum terasa intervensi pemerintah kalau untuk bantuan tak terduga pemerintah, belum ada terasa subsidinya. Kami harap terlihat jelas jangan omongan saja," ucap warga Kota Baru ini.
Terpisah, Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Jambi Johansyah mengatakan, Pemprov Jambi dipastikan hadir untuk mengatasi masalah tersebut. Johansyah mengatakan, ada dana Balanja Tidak Teduga (BTT) di Provinsi Jambi, yang bisa digunakan untuk mengatasi tingginya harga cabai tersebut.
“Kita bisa gunakan dana itu untuk menstabilkan harga di dua pasar, yakni Angso Duo dan Pasar Talang Banjar,” ujarnya.
Dia mengatakan, Pemprov Jambi harus cepat bergerak, agar pasokan masuk. Operasi pasar juga akan mulai dilaksanakan minggu depan, hingga pertengahan Desember mendatang.
Ini sekaligus menjawab kekhawatiran masayarakat mengenai tingginya harga bahan pokok menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Kita bantu pasokan, dengan harga yang tidak terlalu mahal,” katanya.
Ditanyakan mengenai berapa dana BTT yang akan dikeluarkan, Johansyah mengatakan tahun 2023 ini ada anggaran BTT sebesar Rp 2,5 miliar. Dari total itu, sudah terpakai sebesar Rp 1 miliar.
“Dengan adanya gejolak harga cabai saat ini, makanya kita hadir, dengan menggunakan BTT itu untuk mengendalikan harga,” katanya.
Setidaknya, dengan operasi pasar itu, nanti masyarakat bisa membeli cabai dengan harga di bawah harga pasar. Paling tidak, harga yang ditawarkan ke masyarakat pada operasi pasar nanti sekitar Rp 35 ribu per kilogramnya.
“Makanya BTT itu salah satunya untuk melakukan subsidi sehingga harga stabil. Karena di Angso Duo kebutuhan cabai itu 8 ton sehari, sekarang tidak sampai segitu masuk. Kita juga minta pihak Dinas Pertanian untuk memantau mana daerah yang akan panen cabai, maka kita beli hasilnya. Kita yakin harga bisa stabil,” katanya.
Ditambahkan Johansyah, ada dua faktor yang menyebabkan tingginya harga cabai di pasaran. Pertama, pasokan yang berkurang, serta adanya gagal panen di sejumlah daerah penghasil cabai di pulau Jawa dan Sumatera.