Wastra Pulau Dewata yang mendunia

Senin 12 Aug 2024 - 19:37 WIB
Editor : Adriansyah

JAMBIEKSPRES.CO - Pulau Dewata tidak hanya kaya dengan seni budaya dan kekayaan alamnya, masyarakatnya yang dikenal kreatif juga selalu menjaga dan melestarikan berbagai warisan budaya yang ada. Salah satunya adalah wastra atau kain tradisional.

Salah satu kain yang menjadi warisan luhur di Bali adalah kain tenun endek. Endek berasal dari kata “gendekan” atau “ngendek” yang berarti diam atau tetap, tidak berubah warnanya. Motif kain itu dibuat dengan cara diikat. Saat dicelup, warna benang yang diikat tetap atau tidak berubah. Inilah yang disebut “ngendek”.


Pekerja menyiapkan benang untuk proses penggulungan benang yang akan ditenun di Gianyar, Bali.--


Pekerja melakukan pewarnaan benang yang akan ditenun di Denpasar, Bali.--

Kain endek tidak hanya memiliki nilai estetika tinggi, tetapi juga memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat Bali. Tidak hanya digunakan untuk melakukan upacara adat, saat ini busana berbahan kain endek juga telah umum digunakan masyarakat untuk beraktivitas sehari-hari.

Penggunaan kain endek dalam aktivitas masyarakat telah diperkuat dengan adanya sejumlah kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Gubernur Bali saat itu, Wayan Koster mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali/Kain Tenun Tradisional Bali sebagai bentuk keberpihakan kepada produk warisan budaya lokal dari IKM dan UMKM masyarakat Bali. Kain tenun endek Bali juga telah dicatatkan sebagai Kekayaan Intelektual Komunal Ekspresi Budaya Tradisional pada tahun 2020.

BACA JUGA:Pemprov Papua Tengah-LAN Jalin Kerja Sama Tingkatkan Kompetensi ASN

BACA JUGA:Pemkab Teluk Wondama Beri Dukungan Maksimal Terhadap Program JKN

Pesona kain endek Bali semakin mendunia ketika rumah mode Christian Dior memilih kain tenun endek Bali sebagai wastra pertama dari Indonesia yang digunakan sebagai bahan baku koleksi busana musim semi dan musim panas tahun 2021 yang diperagakan dalam ajang Paris Fashion Week pada akhir bulan September 2020.

Di Bali saat ini, busana berbahan kain endek sudah umum dikenakan oleh masyarakat termasuk generasi muda dalam aktivitasnya sehari-hari. Kain tradisional tersebut terbukti mampu membuat pemakainya tetap tampil kekinian bila dipadukan dengan fesyen bergaya modern.


Pekerja menenun kain endek dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) di Gianyar, Bali.--


Pekerja menenun kain endek dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) di Gianyar, Bali.--

Semakin meningkatnya minat masyarakat mengenakan busana dari kain tenun endek membuat permintaan terhadap kain itu juga naik. Selain itu, kain tradisional tersebut juga terus diekspor ke berbagai negara serta banyak yang dibeli langsung oleh wisatawan mancanegara saat mereka berwisata ke Pulau Dewata.

Berbagai kebijakan pemerintah dan upaya pelestarian, perlindungan serta promosi wastra tersebut seperti saat penyelenggaraan KTT G20 di Bali saat ini telah terlihat dan membuahkan hasil. Para pelaku UMKM yang memproduksi kain tenun itu terus berkembang dan bergeliat meskipun pada waktu bersamaan juga menghadapi suatu tantangan baru yakni regenerasi para penenun kain endek.

Dengan segala pesona keindahan dan nilai yang dimilikinya, saat ini kain tenun endek tidak hanya menjadi simbol kekayaan warisan budaya Bali, tetapi juga menjadi aset penting bagi pertumbuhan ekonomi dan UMKM di Bali. Melalui upaya bersama diharapkan kain endek bisa terus berkembang dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekaligus dapat terus lestari. (*)

Kategori :

Terkait

Senin 12 Aug 2024 - 19:37 WIB

Wastra Pulau Dewata yang mendunia

Sabtu 30 Mar 2024 - 14:59 WIB

Pertunjukan Lenong Jadi Penutup