Nakhoda Kapal Perang yang Membangun Budaya Baca di Indonesia Timur
BUDAYA BACA: Komandan KRI Teluk Weda 526 Letkol Laut (P) Ricky Tacomariyanto (paling kanan) menularkan budaya membaca kepada anak-anak di Papua.FOTO : ANTARA --
Cerita Letkol Laut (P) Ricky Tacomariyanto, Nakhoda KRI Teluk Weda 526
Ombak tinggi hingga belasan meter di perairan Indonesia Timur diterjangnya demi melihat anak-anak di Maluku hingga Papua bergembira membaca buku-buku berkualitas di atas kapal perang.
---
“HIBURAN saya yang paling penting itu ketika melihat anak-anak bisa membaca buku di atas kapal perang yang saya nakhodai,” ujar nakhoda kapal perang itu pada akhir September 2024.
Ia mengungkap kebahagiaan itu ketika menerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2024 dari Perpustakaan Nasional Kategori Inovasi Kreatif sebagai pegiat literasi.
Ia adalah Letkol Laut (P) Ricky Tacomariyanto, seorang tentara yang menyulap Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Teluk Weda 526 menjadi perpustakaan untuk mengantarkan buku-buku kepada anak-anak di Indonesia Timur.
BACA JUGA:Kapal Perang AS Tiba di Korsel
BACA JUGA:KPK Telusuri Pembelian 52 Kapal Tua
Pada HUT Ke-79 TNI yang jatuh pada hari Sabtu ini, penting untuk membaca sejenak pengalaman Ricky menjadi komandan kapal perang yang tak hanya menjaga kedaulatan bangsa, tetapi melakukan satu hal penting yang diperlukan untuk menciptakan generasi emas bagi bangsa ini: membangun budaya membaca.
Pengalaman Ricky mengenyam pendidikan di Amerika Serikat pada tahun 2005 dan Prancis pada tahun 2010 membuka sudut pandangnya terhadap pentingnya budaya membaca yang dilakukan di negara-negara maju.
Pada tahun 2020, ia kembali menempuh pendidikan di French War College dan melihat betapa budaya membaca sangatlah lekat dengan orang-orang di negara yang terkenal dengan keindahan busananya itu.
Sembari menempuh pendidikan, ia berkeliling di Prancis dan melihat betapa mudahnya menemukan orang-orang yang membaca buku di sudut-sudut kota, taman, hingga tempat-tempat terbuka lainnya. Itulah membawanya pada suatu kesimpulan bahwa negara maju adalah yang mampu mendekatkan akses bahan bacaan kepada seluruh masyarakat.
Ketika belajar di Prancis, Ricky terlempar pada kenangan pada tahun 2004, ketika ia masih menjadi prajurit yang ditugaskan di Sorong, Papua, dan melihat betapa sulitnya menempuh pendidikan bagi anak-anak di daerah tersebut karena berbagai faktor, di antaranya ekonomi, kurangnya fasilitas pendidikan yang baik, hingga masih lemahnya budaya belajar dan membaca yang belum tertanam pada anak-anak di sana.
Hingga pada tahun 2019, ia ditugaskan menjadi Komandan KRI Teluk Weda 526 dan bertekad mengajak seluruh pasukannya untuk mengabdikan diri pada negara dengan memperluas akses literasi, khususnya di wilayah Indonesia Timur.