Seksi 1A dan Seksi 4 Ditarget Selesai Peretengahan 2025
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-PT Hutama Karya (Persero) telah memulai pembangunan dua ruas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Tahap II sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat konektivitas dan mobilitas di Sumatera.
Proyek ini merupakan langkah penting dalam melanjutkan pengembangan infrastruktur nasional.
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, mengungkapkan bahwa proyek ini mencakup dua ruas tol: Jalan Tol Betung (Sp. Sekayu)-Tempino-Jambi Seksi 1A yang meliputi rute Betung-Tungkal Jaya dengan panjang 30,7 km, serta Seksi 4 dari Interchange (IC) Tempino hingga IC Ness dengan panjang 18,5 km.
“Penambahan dua ruas tol ini akan memperkuat jaringan transportasi dari Sumatera Selatan ke Riau dan Jambi. Pembangunan ini mendukung pengembangan tol yang telah dimulai dengan proyek Junction Pekanbaru-Bypass Pekanbaru,” jelas Adjib di Jakarta.
BACA JUGA:Paris Saint Germain Hancurkan Montpellier 6-0 di Parc des Princes
BACA JUGA:Sajikan Balada Romantis Masa Kini
Pekerjaan konstruksi untuk kedua ruas tol ini dimulai pada akhir Juni dan diperkirakan akan selesai pada pertengahan tahun 2025, asalkan tidak ada kendala dalam pengadaan lahan.
Hingga akhir Juli 2024, progres konstruksi Jalan Tol Seksi 1A Betung-Tungkal Jaya tercatat sebesar 2,31 persen, dengan pengadaan lahan mencapai 19,88 persen.
Untuk Jalan Tol Seksi 4 IC Tempino-IC Ness, progres fisik mencapai 13,4 persen dan pengadaan lahan mencapai 98,02 persen.
Jalan Tol Seksi 1A akan mencakup fasilitas seperti 2 underpass, 9 overpass, 2 box traffic, 52 box culvert, serta 1 interchange. Fasilitas pelayanan akan meliputi 1 pasang Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP) tipe A dan 1 gerbang tol (IC Betung).
Jalan Tol Seksi 4 akan memiliki 6 underpass, 5 overpass, 3 box traffic, 36 box culvert, serta 1 interchange dan fasilitas pelayanan berupa 1 pasang TIP tipe A dan 1 gerbang tol (IC Ness).
Untuk mempercepat proses, Hutama Karya menggunakan teknologi digital construction, termasuk Building Information Modelling (BIM), yang memungkinkan koordinasi dan pengawasan proyek dilakukan secara lebih efisien dan cepat.
“Kami percaya bahwa penerapan teknologi terbaru dan pemantauan yang ketat akan memastikan proyek ini berjalan sesuai dengan standar keselamatan dan efisiensi,” kata Adjib.
Dalam hal lingkungan, Hutama Karya menerapkan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Dari sisi sosial, perusahaan melibatkan masyarakat lokal dalam proyek melalui rekrutmen tenaga kerja dan pemanfaatan quarry berizin di sekitar proyek.