Kini, pada usianya yang ke-31 tahun, Widiasih memiliki target baru: meraih medali emas di Paris. Namun, perjuangan menuju impian ini tidaklah mudah. Cedera bahu yang dialaminya menjadi tantangan tersendiri dalam persiapannya.
Meskipun demikian, Widiasih tetap optimistis dan bertekad untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia.
"Paris tidak mudah bagi saya (karena cedera), tetapi saya akan berusaha sekuat tenaga," katanya.
"Saya akan melakukan yang terbaik untuk Indonesia, untuk keluarga saya," ujarnya lagi.
Perempuan Para Angkat Berat
Di tengah dominasi atlet pria dalam perolehan medali Paralimpiade Indonesia, perempuan ternyata menjadi pionir dalam cabang olahraga para angkat berat.
Widiasih tidak sendiri dalam perjuangannya. Bersama dengan dua atlet perempuan lainnya, Siti Mahmudah dan Sriyanti, Widiasih akan mewakili Indonesia di ajang Paralimpiade Paris. Ketiganya merupakan bagian dari kontingen Paralimpiade terbanyak dalam sejarah Indonesia. Dan tak ada satu pun atlet para angkat berat putra Indonesia yang lolos ke Paris.
Siti Mahmudah, yang kehilangan kaki kirinya akibat amputasi, akan berlaga di kategori 79kg pada ajang Paralimpiade keduanya. Sementara Sriyanti, yang juga mengalami polio sejak kecil, telah mengubah hidupnya dari penjual mi ayam menjadi seorang atlet paralimpiade yang pernah meraih medali perak di Asian Para Games 2022.
Kehadiran mereka di ajang internasional ini menunjukkan bahwa para atlet perempuan Indonesia memiliki potensi besar dan mampu bersaing di level tertinggi.
Namun, perjalanan mereka tentu tidak mudah. Widiasih mengungkapkan salah satu tantangan yang hanya dialami oleh atlet perempuan, seperti ketika ia harus bertanding dalam kondisi sedang menstruasi.
"Syukur alhamdulillah saya bisa mengatasinya. Ini cukup mengganggu. Hal ini tidak akan dialami oleh atlet pria," katanya.
Harapan Masa Depan
Dalam menghadapi tantangan yang ada, Widiasih dan rekan-rekannya tidak pernah kehilangan semangat. Di bawah bimbingan pelatih para angkat berat Indonesia, Eko Supriyanto, mereka terus berlatih dan mempersiapkan diri dengan baik.
Eko sendiri merasa terkesan dengan dedikasi dan semangat juang dari ketiga atlet perempuan ini. "Saya lebih dari takjub dengan trio perempuan ini," ujarnya.
Namun, dengan cedera yang dialami Widiasih, Eko berusaha realistis dalam menargetkan hasil di Paris nanti. "Kami mendorong mereka untuk setidaknya bisa bersaing merebut medali perunggu," katanya.
"Yang penting adalah kita telah melakukan yang terbaik, bekerja keras, dan disiplin," katanya lagi.