JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PAUD Dikdasmen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan bahwa jumlah siswa yang mengunjungi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tidak seharusnya dijadikan sebagai indikator utama keberhasilan program Gerakan Sekolah Sehat (GSS).
Dalam webinar bertajuk "Sehat Bersama: Integrasi 5 Sehat dalam Kehidupan Sekolah" yang berlangsung di Jakarta, Koordinator Program GSS, Retno Wulandari, menjelaskan bahwa menilai keberhasilan GSS tidak bisa hanya didasarkan pada angka kunjungan ke UKS.
“Jumlah siswa yang sakit tidak secara langsung menentukan apakah program GSS berhasil atau tidak. Sakitnya siswa tidak terjadi secara bersamaan,” jelas Retno.
Retno menambahkan bahwa yang lebih penting adalah bagaimana sekolah menjalankan dan menerapkan setiap elemen dari lima fokus GSS, yaitu: kesehatan bergizi, kesehatan fisik, kesehatan imunisasi, kesehatan jiwa, dan kesehatan lingkungan, sebagaimana diatur dalam panduan GSS.
"Yang menjadi fokus utama GSS adalah pembiasaan pola hidup sehat di sekolah. Ini meliputi siswa, tenaga pendidik, serta staf pendukung, termasuk keberadaan kantin sekolah yang sehat," ujar Retno.
Ia juga mengingatkan bahwa adanya beberapa kasus sakit di antara siswa tidak mempengaruhi keberhasilan program secara keseluruhan.
Dalam kesempatan yang sama, Retno menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak, terutama orang tua, dalam mendukung keberhasilan GSS.
Ia berharap sekolah secara rutin mengundang orang tua untuk mendapatkan edukasi dan literasi tentang GSS agar pola hidup sehat dapat diterapkan di tingkat keluarga.
Retno menutup pernyataannya dengan mengingatkan bahwa meskipun ada siswa yang sakit, hal tersebut tidak boleh mengurangi semangat sekolah dalam melanjutkan dan mengimplementasikan program-program GSS. (*)