Seberapa Aman Bedah Laparoskopi untuk Mengatasi GERD?, Ini Pejelasan Dokter Bedah

Sabtu 14 Sep 2024 - 13:03 WIB
Reporter : Muhammad Akta
Editor : Muhammad Akta

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Bedah laparoskopi, sebuah metode bedah minimal invasif yang memerlukan sayatan kecil untuk memasukkan kamera dan alat bedah, semakin dikenal sebagai solusi efektif untuk menangani GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) atau penyakit asam lambung.

Menurut dr. Eko Priatno, SpB-KBD, seorang dokter spesialis bedah digestif, laparoskopi dapat menjadi alternatif yang sangat baik bagi pasien yang tidak merespons dengan baik terhadap pengobatan medis.

BACA JUGA:Transformasi Operasi Jantung, Bedah Minimal Invasif dan Keuntungannya

BACA JUGA:Strategi Pengobatan Kanker Paru, Dari Pembedahan hingga Imunoterapi untuk Kualitas Hidup Maksimal

"Teknik laparoskopi memungkinkan perbaikan katup antara lambung dan esofagus yang menyebabkan refluks asam. Selain itu, pasien biasanya mengalami pemulihan yang lebih cepat dibandingkan dengan metode bedah konvensional," ujar dr. Eko sebagaimana dikutip jambiekspres.co dari Antara.

Gejala GERD umumnya meliputi rasa terbakar di dada (heartburn), regurgitasi asam lambung, kesulitan menelan, batuk kronis, dan suara serak.

Meskipun pengobatan dengan obat-obatan dapat membantu mengurangi gejala, banyak pasien masih tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.

BACA JUGA:Mengenal Metode Bedah Minimal Invasif VATS untuk Kanker Paru

BACA JUGA:Ini Penjelaskan Dokter Terkait Kondisi saat Kelenjar Tiroid Membutuhkan Pembedahan

Bethsaida Hospital Gading Serpong, yang menyediakan layanan bedah laparoskopi oleh dr. Eko Priatno, menawarkan pendekatan ini sebagai solusi modern untuk kasus GERD yang tidak membaik dengan terapi medis.

Bedah laparoskopi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan operasi terbuka tradisional, termasuk pemulihan yang lebih cepat, risiko infeksi yang lebih rendah, dan nyeri pasca operasi yang minimal.

Metode ini biasanya dianjurkan untuk pasien dengan gejala GERD kronis yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan, serta mereka yang mengalami komplikasi seperti esofagitis, penyempitan esofagus, atau Barrett’s esophagus, yang berpotensi menjadi kanker esofagus.

BACA JUGA:Bedah Kasus ‘Stroke Hemoraghic’ Oleh Mahasiswa Profesi Ners dan Dosen STIKES Harapan Ibu Jambi di RS Bhayangka

BACA JUGA:Program Bedah Rumah Belum Jalan

"Pasien yang terus-menerus mengandalkan antasida atau proton pump inhibitors (PPI) untuk mengontrol gejala tanpa hasil yang signifikan, serta mereka yang mengalami efek samping dari pengobatan jangka panjang, juga disarankan untuk mempertimbangkan bedah laparoskopi," tambah dr. Eko. (*)

Kategori :