Namun, bila pada masa kaisar-kaisar sebelumnya para bawahan ikut dikuburkan saat sang kaisar mangkat, kebiasaan itu memicu pergolakan sosial sehingga para kaisar kemudian menggunakan bahan-bahan seperti kayu dan tembikar untuk memahat sosok manusia demi menemani kaisar di dunia orang mati.
Masalahnya, ukuran patung-patung sering jauh lebih kecil dari orang sungguhan, sedangkan Kaisar Qin ingin agar ada patung-patung besar menyerupai orang sungguhan.
Akhirnya elite tembikar Zang (臧), ditunjuk untuk mengembangkan produk baru bersama-sama dengan para pengrajin tembikar lain termasuk dari Dali di Shaanxi dan Xia di provinsi tetangga, Shanxi. Bersama-sama, mereka membentuk tim riset yang dapat memproduksi tembikar unggulan bagi sang penguasa.
Setelah melalui berbagai percobaan, Zang memilih tanah dari kaki utara Gunung Lishan di Xi'an dicampur dengan sedikit pasir untuk meningkatkan kekerasan. Bagian bawah patung dibuat lebih dulu baru kemudian bagian atas dan mendetailkan ukiran termasuk model rambut, alis, janggut, mata, asesoris pakaian, hingga sol sepatu Prajurit Terakota.
Patung tanah liat setengah jadi kemudian ditempatkan di tungku dan dibakar dengan suku sekitar 1.000 derajat celcius.
Meski begitu, Zang dan pengrajin lain merasa tidak puas dan merasa ada sesuatu yang hilang. Mereka kemudian menambahkan pernis mentah dari pohon pernis (pohon lacquer) yang banyak tumbuh di China kemudian juga menambah warna merah, biru, hijau, kuning, dan ungu dari berbagai mineral.
Patung-patung tembikar itu menjadi realistis dan "hidup" seperti manusia sungguhan ketika pertama kali orang melihatnya.
Zang dan pengrajin tembikar lain (diperkirakan sekitar 700 ribu orang) membuat patung tembikar sesuai dengan citra dan karakteristik prajurit dunia nyata dalam waktu hampir 40 tahun, yaitu dimulai sejak 246 SM saat Kaisar Qin masih hidup pada dan selesai pada 210 SM, 4 tahun setelah kaisar meninggal.
Para prajurit terdiri atas jenderal, tentara infanteri biasa, kavaleri, kereta, dan jenis pasukan lainnya karena Kaisar Qin ingin membangun pasukan di alam baka.
Salah satu cara identifikasi pangkat ialah rambut karena gaya rambut menjadi simbol status pada masa China kuno. Perwira tinggi terlihat dari sanggul datar dengan menarik rambut ke belakang dan menggulungnya menjadi kerucut. Sanggul tersebut kemudian dipasang dengan jepitan rambut.
Prajurit militer terakota tingkat rendah memiliki tinggi 189--191 cm tanpa mengenakan baju besi. Bila ada yang mengenakan baju besi tidak ada cat berwarna. Mereka memegang pedang di satu tangan dan tombak di tangan lainnya.
Prajurit militer tingkat menengah memiliki tinggi 191 cm mengenakan mahkota panjang dan memegang pedang atau senjata panjang di satu tangan, sedangkan tangan lain mengepal. Beberapa berdiri di barisan tentara seolah-olah menjadi pemimpin barisan.
Zang kemudian menempatkan Prajurit Terakota sesuai dengan formasi militer. Barisan depan adalah "regu kematian" yang tidak memakai baju besi namun gesit bergerak.
Di bagian sayap terluas adalah pasukan pelopor yang berjaga-jaga terhadap musuh yang datang dari berbagai sudut.
Lapis berikutnya adalah unit garnisun yang gabungan pemanah yang dapat menembak dari kejauhan, pasukan kavaleri yang bisa menyerang dengan cepat, maupun kusir yang bisa mengendalikan kuda-kuda agar bergegas menerobos serangan musuh. Semua saling melengkapi.
Lapisan ketiga terdiri atas para jenderal selaku komandan garnisun yang dijaga oleh prajurit pemegang senjata tembaga maupun pendoa yang melantunkan doa pengorbanan perang. Sementara lapisan lainnya adalah layanan hiburan keluarga kerajaan seperti penghibur opera, akrobatik, maupun unggas untuk menyediakan pertunjukan bagi Kaisar Qin.