JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- Penelitian terbaru dari Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa petani di Jawa pada zaman dahulu mengandalkan pengamatan rasi bintang untuk menentukan waktu menanam padi.
Antonia Rahayu Rosaria Wibowo, peneliti yang terlibat, menjelaskan bahwa rasi bintang Orion, yang dikenal sebagai Waluku dalam bahasa lokal, berfungsi sebagai indikator awal musim hujan.
"Ketika Orion muncul di langit timur setelah matahari terbenam, itu menandakan bahwa musim hujan telah tiba, dan saatnya untuk mulai menanam padi," jelasnya dalam sebuah diskusi daring.
BACA JUGA:BRIN dan Rusia Selenggarakan Festival untuk Kembangkan Talenta IPTEK Nuklir di Indonesia
BACA JUGA:BRIN Siapkan SDM untuk Pemanfaatan Teknologi Nuklir
Setelah melihat Orion, para petani akan menggenggam pasir atau gabah dan mengangkatnya ke arah rasi bintang tersebut.
Jika pasir atau gabah jatuh, mereka memahami bahwa waktunya telah tiba untuk menanam.
Selain rasi bintang, masyarakat Jawa juga memiliki kalender tradisional yang disebut Pranoto Mongso.
Kalender ini mencakup 12 bulan, dengan bulan pertama, Kasa, dimulai pada pertengahan Juni.
Dalam sistem ini, setiap musim memiliki ciri khas yang dapat diamati, seperti perilaku hewan dan kondisi tanaman.
Sebagai contoh, bulan kelima, Kalima, yang berlangsung antara pertengahan Oktober hingga awal November, merupakan waktu yang tepat untuk menanam padi.
Petani menantikan tanda-tanda alam, seperti hujan lebat dan pertumbuhan daun muda pada pohon asam Jawa. Ketika semua tanda tersebut muncul, mereka bersiap untuk menyiapkan lahan dan saluran air sebelum mulai menanam.
BACA JUGA:BRIN Dorong Inovasi Pemanfaatan Data Strategis Lewat IC3INA 2024
BACA JUGA:BRIN Dorong Remaja untuk Selektif dalam Menerima Informasi Seksualitas dan Reproduksi
"Dari pengamatan alam yang cermat, petani Jawa kuno berhasil menyesuaikan kegiatan pertanian dengan siklus cuaca, sehingga meningkatkan hasil panen mereka," tutup Antonia. (*)