Membangun Literasi Kopi di Kaki Gunung Dempo Sumsel
Berdasarkan data BPS Sumsel, luas lahan kopi di Kabupaten Lahat mencapai 54 ribu hektare dan menghasilkan sekitar 22 ribu ton kopi pada tahun 2023.
—-
GUNUNG Dempo merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yang memiliki ketinggian 3.142 meter di atas permukaan laut.
Gunung itu juga menjadi bagian dari deretan pegunungan Bukit Barisan yang membentang sepanjang Pulau Sumatera.
Melihat sisi timur kaki Gunung Dempo terdapat hamparan perkebunan kopi cukup luas yang terletak di Desa Serambi Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat.
Meski demikian, petani kopi di Desa Serambi belum memiliki keterampilan dalam membudidayakan kopi dan pasca panen dengan cukup baik, padahal saat itu harga kopi sedang mengalami kenaikan.
BACA JUGA:Rahasia Sederhana untuk Membuat Kopi Enak di Rumah
BACA JUGA:Warung Kopi
Kondisi tersebut memicu semangat salah satu pegiat kopi di desa itu, Abi Lababa (26), yang pulang ke desanya setelah menyelesaikan pendidikan di Bidang Administrasi Publik di Bengkulu pada tahun 2021. Sekembalinya dari rantau, Abi bersama sejumlah pemuda lainnya berkeinginan untuk memperbaiki sistem pengolahan kopi di kampung halamannya.
"Ketika balik merantau dari menyelesaikan kuliah dari Bengkulu dan tiba kampung halaman pada saat Pandemi COVID-19, saya menyadari para petani di sini kurang terampil dalam membudidayakan kopi dan pascapanen padahal harga lagi naik. Maka dari itu, saya bersama teman-teman ingin berkontribusi untuk desa dan memperdalam teknik membudidayakan kopi, serta mendirikan komunitas literasi untuk mengedukasi petani di sini," katanya.
Tujuan Abi mendirikan komunitas literasi itu tidak hanya untuk meningkatkan penghasilan dan memberikan edukasi untuk para petani kopi di Desa Serambi, namun juga mempersiapkan generasi penerus dalam mengolah kopi.
Dalam mengedukasi petani kopi, ia menerapkan konsep petani berdikari. Konsep ini mengharuskan petani mandiri dalam pengolahan kopi dari hulu sampai ke hilir.
"Budaya di sini, kebanyakan anak muda yang merantau kalau pulang ke sini ya jadi petani, namun kami tidak mau generasi selanjutnya itu hanya menjadi petani yang kaku dan kurang pemahaman. Dalam komunitas literasi ini konsep kami adalah petani berdikari, petani harus bisa mandiri dari hulu sampai hilir. Untuk tenaga pengajar berasal dari komunitas sendiri ataupun mengundang orang-orang yang dianggap berkompeten untuk berbagi pengalaman," jelasnya.
Dengan adanya komunitas literasi itu para petani kopi di Desa Serambi memiliki teknik merawat tanaman dan pascapanen lebih baik dari sebelumnya. Sebab, sebelumnya para petani itu memetik biji kopi yang masih hijau dan menjemur kopi di jalanan.