Menurutnya, interaksi kedua calon dalam debat perdana tersebut terlihat seperti diskusi antar saudara, di mana mereka tampak menjaga perasaan satu sama lain. Padahal, debat ini seharusnya menjadi arena adu gagasan yang tajam dan pemaparan solusi nyata bagi masyarakat Jambi.
"Pembahasan yang disampaikan masih bersifat umum dan kurang terukur karena hanya disampaikan dalam bentuk janji formal dari visi dan misi masing-masing calon," sebutnya.
"Masyarakat Jambi menantikan rencana aksi konkret dan terukur yang diharapkan mampu menjadi tawaran politik yang kuat," sambungnya.
Dosen Universitas Jambi (Unja) ini juga menyoroti bahwa isu ketimpangan pendidikan, hilirisasi pangan, stunting, dan kemiskinan ekstrem yang menjadi perhatian masyarakat justru kurang tersentuh dalam debat ini.
Ia menyayangkan bahwa kedua kandidat belum mengangkat isu-isu tersebut secara mendalam sebagai bagian dari strategi mereka untuk membangun Jambi. (*)