"Kami temukan jalan alternatif ini, meskipun lebar jalan 5 meteran tapi masih bisa dilalui 2 mobil dari arah berlawanan," sambungnya.
Dari kerja cerdas itu, ditemukan tiga jalur 'anti macet' yang bisa diakses. Yang pertama, Simpang Jangga Baru - Sridadi yang berjarak 48 kilometer.
Lalu jalur kedua, Simpang Karmeo - Sridadi sepanjang 31 Kilometer. Dan jalur ketiga pada daerah Sridadi - Jambi yang menurut Hakim belum tertera panjangnya.
Tantangannya, diakui Hakim banyak jalan yang tak dilengkapi dengan fasilitas lampu sehingga gelap. Belum lagi jalan alternatif ini tak jarang banyak lubang dan sedang ada perbaikan. "Jadi pengemudi harus hati-hati untuk jalan alternatif ini juga ya," terangnya.
Untuk pengembangan ide ini, Hakim mengakui timnya tengah menjalani kerjasama dengan berbagai lintas sektor seperti pihak Dinas terkait.
Ditanya apakah peta jalan alternatif ini bisa berkembang seperti Super App (Aplikasi Super) dengan kelengkapan, El Hakim merendahkan, ia menganggap dengan peta jalan alternatif ini bisa dimanfaatkan bagi pengguna jalan baru saja sudah luar biasa bagi pihaknya.
Juga banyak pengembangan yang mesti dilakukan tim ini. Seharusnya projek seperti ini mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Daerah di Jambi untuk "menyelamatkan" pengendara pribadi dari kecelakaan lalu lintas dengan truk batu bara yang tak seharusnya lewat di jalan nasional.
Untuk pengembangan, diakui El Hakim masih banyak kekurangan projek ini. Salah satunya belum bisa online mendeteksi macet di jalan besar. Atau kata lain, hanya fokus ke jalan alternatif yang telah disurvei dan dipatenkan sebelumnya.
"Kalau macet atau tidak-nya gak keliahatan, tidak seperti gmpa kalau macet jadi merah.
Peta ini lebih ke petunjuk arah jalan, kalau kita jalan titik di avenza juga gerak," pungkasnya. (aba)