Pada sektor Tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut dan mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar gunung," jelasnya.
Untuk perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau, lanjut Hendra, berdasarkan pemantauan petugas Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau hingga Rabu pukul 09.53 WIB teramati tinggi kolom abu kurang lebih 500 m di atas puncak (657 m di atas permukaan laut).
"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 54 mm dan durasi kurang lebih 2 menit 37 detik," katanya.
Ia menambahkan tidak terdengar suara dentuman. Saat ini Gunung Anak Krakatau, Lampung, berada pada status level III (Siaga) dengan rekomendasi bagi masyarakat/pengunjung/wisatawan/pendaki tidak mendekati gunung atau beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah aktif.
PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Marapi (2.891 mdpl) di Sumatera Barat hingga 06.00 WIB teramati asap kawah bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 400 m di atas puncak kawah. "Asap condong ke arah barat daya dan barat laut," ujarnya.
Data kegempaan Gunung Marapi tidak menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan. Jumlah letusan tercatat 6 kali dengan amplitudo 3,9-33,6 mm dan durasi 30-49 detik.
Gempa Hembusan sebanyak 18 kali dengan amplitudo 1,5 hingga 11,6 mm dengan lama gempa 25-60 detik. "Pengamatan visual, kolom erupsi tidak teramati dengan baik karena tertutup kabut," terangnya.
Hendra menegaskan karena saat ini status Gunung Marapi masih berada pada level Waspada, maka masyarakat sekitar dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki gunung dalam radius 3 km dari kawah/puncak.
"PVMBG akan terus melakukan pemantauan dan monitoring aktivitas ketiga gunung api tersebut dan jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas gunung akan segera ditinjau kembali," sebutnya.
Kepolisian Daerah Sumatra Barat (Sumbar) akan memanggil pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar terkait aktivitas pendakian Gunung Marapi yang mengalami erupsi sejak Minggu (3/12).
"Setelah upaya pencarian dan evakuasi selesai baru akan dipanggil (pihak BKSDA) untuk dimintai keterangan," kata Kepala Bidang Humas Polda Sumbar Kombes Pol Dwi Sulistyono di Padang, Rabu.
Ia mengatakan pihak BKSDA akan dimintai keterangan terkait aktivitas pendakian yang pada akhirnya menelan korban jiwa saat Marapi mengalami erupsi pada Minggu (3/12), mereka terjebak saat erupsi terjadi.
"Jadi nanti akan kami mintai keterangan terkait Standar Operasional Prosedur (SOP) dan aturan terhadap aktivitas pendakian Marapi, untuk keadaan normal bagaimana untuk status waspada bagaimana," jelasnya.
Ia mengatakan pihak BKSDA Sumbar akan dimintai keterangan karena merupakan instansi yang bertanggung jawab terhadap aktivitas pendakian di Taman Wisata Alam (TWA) Marapi.
"Dengan adanya kejadian bencana hingga kemudian menimbulkan korban jiwa, tentu instansi yang bertanggung jawab perlu dimintai keterangan," jelasnya.