Teknik tersebut memanfaatkan paparan radiasi (iradiasi) gamma Cobalt 60, serta Cesium yang dalam konteks ini, termasuk dalam radiasi nuklir.
Sasaran utama dari TSM adalah para nyamuk DBD jantan. Nyamuk-nyamuk jantan itu dipapar dengan radiasi Cobalt 60, atau Cesium ketika dalam fase pupa.
Sehingga ketika menetas, alat reproduksi nyamuk jantan ini tidak dapat memberikan pembuahan yang optimal.
Nyamuk-nyamuk DBD yang dimandulkan sengaja dikembangbiakkan oleh BRIN. Hal ini bertujuan agar ketika nyamuk mandul dilepas liar dapat mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti biasa yang ada di suatu lingkungan masyarakat.
Meski nyamuk jantan mandul ini bisa membuahi betina, namun telur yang dihasilkan tak akan bisa menetas.
Sehingga seiring berjalannya waktu, populasi nyamuk jantan fertil akan kalah dengan jantan mandul.
Tujuan perlakuan agar nyamuk itu mandul adalah supaya populasi nyamuk DBD bisa ditekan ke batas aman.
Seperti radiasi pada umumnya, dampak yang diberikan kepada nyamuk DBD cukup besar.
Nyamuk-nyamuk yang terpapar sinar gamma tersebut, kemampuan terbang, umur, serta daya saing kawinnya akan turun secara drastis.
Biasanya nyamuk Aedes aegypti di alam liar mampu bertahan selama 3-4 pekan, namun apabila terpapar sinar gamma, usia dari nyamuk berbahaya ini hanya 1 pekan.
Hal ini yang menjadikan BRIN menyiasati kekurangan "power" dari nyamuk mandul hasil iradiasi gamma tersebut, dengan cara menerapkan konsep satu banding sembilan ketika melepaskannya ke alam liar.
Mekanisme ini disebut sebagai pembanjiran populasi (overflooding ratio). Artinya jumlah nyamuk yang mandul ketika dilepaskan mesti sembilan kali lipat lebih banyak dibandingkan nyamuk biasa.
Pelepasan melebihi populasi ini guna meningkatkan peluang keberhasilan nyamuk mandul membuahi betina.
Pilot project