Ada Manuskrip Al Quran yang Ditulis di Atas Tulang, Kulit Binatang dan Bebatuan

Kamis 12 Jun 2025 - 16:45 WIB
Editor : Adriansyah

Gua Hira, Berwisata dan Napak Tilas Al Quran

Tujuan wisata Gua Hira ini ditempuh dengan naik ke atas bukit dari kawasan inti distrik itu. Di malam hari, lampu-lampu di jalur pendakian menyala. Dari bawah kita bisa melihat bahwa di ujung pendakian ada Gua Hira. Pengunjung bisa menapaki jejak Nabi Muhammad SAW naik ke Gua Hira.

---

WAKTU Shalat Magrib telah berlalu sekitar 20 menit, saat sejumlah haji dari Indonesia masuk ke kawasan Hira Cultural Distrik (Distrik Budaya Hira), Makkah, Arab Saudi, pekan lalu. Lampu-lampu mulai gemerlapan menghiasi tujuan wisata spiritual ini.

"Selamat datang ... Terima kasih...," kata seorang petugas keamanan Gua Hira, berbahasa Indonesia. Postur petugas itu tidak tampak sebagai orang Indonesia. Sapaan itu seakan memulai kesan bahwa "aroma" Indonesia mulai terlihat di tempat ini.

Tidak banyak waktu untuk berfoto di Gua Hira, karena mereka segera bergegas menuju mushala untuk menunaikan Shalat Magrib.

BACA JUGA:Kodim 0416 Bute Gelar Maulid Nabi SAW

BACA JUGA:Madinah al-Munawwarah, Nasib al-Quds Palestina Kota Para Nabi

Dari sejumlah objek di kawasan ini, mereka memilih langsung ke Museum Al Quran, namun sebelum masuk ke museum, pengunjung melewati ruangan berisi diorama pengangkatan Muhammad sebagai nabi dan rasul. Replika Gua Hira dan tulisan surat pertama dalam Al Quran juga disajikan di ruangan ini.

Di ujung ruangan, pengunjung disajikan Mushaf Al Quran dari masa ke masa. Bahkan, manuskrip Al Quran yang ditulis di atas tulang, kulit binatang, dan bebatuan juga ada di museum ini. Manuskrip ini ditulis oleh sahabat Nabi, Zaid bin Tsabit, yang dikenal sebagai kepala juru tulis Al-Quran selama masa hidup Nabi Muhammad SAW.

Bentuk Al Quran pada era Nabi Muhammad ini bakal membawa ingatan ke ruang waktu 15 abad lalu, saat Al Quran diturunkan di masa kenabian Muhammad SAW.

Bagaimana ayat Al Quran dengan ditulis di permukaan kulit, tulang, atau batu, namun ikut mengantarkan ajaran Islam hingga hari ini dan berhasil membawa zaman jahiliyah menuju umat Muslim yang berjaya.

Kita juga bisa menyaksikan sejarah Al Quran yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Terjemahan dalam Bahasa Jerman dicetak pertama kali pada 1032 Hijriyah atau 1624 Masehi. Al Quran yang dicetak di Spanyol dan Afrika bagian utara abad 10 ikut dipamerkan. Tidak hanya itu, berbagai mushaf dari waktu ke waktu, hingga saat ini, juga ditampilkan.

Di bagian lain, ada ruangan berisi bacaan qori yang ternama di dunia. Suara merdu nan khas dari Imam Masjidil Haram Syeikh Abdurrahman Assudais dan hingga qori dari berbagai negara ditampilkan. Kita cukup berdiri menghadap sejajar dengan foto qori dan kepala kita berada di bawah pengeras suara, maka suara merdu qori yang di depan kita bisa didengarkan. Suara akan mati kalau kita tidak lagi di depan foto.

Di ruangan ini, nuansa Indonesia terlihat dengan munculnya foto dan suara qori asal Indonesia bernama Owal Rizqy. Foto dengan kopiah hitam dan batik lengan panjang serta warna merah putih menunjukkan dia orang Indonesia. Suaranya merdu dan bisa membuat pengunjung Indonesia akan betah di depan fotonya.

Kategori :