Selain pola makan yang tidak sehat, ada beberapa faktor risiko lain yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami gangguan kolesterol, antara lain kurangnya aktivitas fisik, riwayat keluarga dengan gangguan kolesterol, faktor usia, dan kebiasaan merokok karena dapat mengurangi kadar HDL dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Sebagai upaya pencegahan gangguan kolesterol, di samping pemilihan pola makan sehat, aktif secara fisik dan menghindari kebiasaan merokok, Wirawan Hambali juga menyarankan masyarakat agar jangan ragu untuk melakukan skrining dan mengkonsultasikan kondisi dengan dokter spesialis penyakit dalam jika memiliki kadar kolesterol tinggi.
Kemudian, apabila perubahan gaya hidup tidak cukup efektif, dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk membantu menurunkan kadar kolesterol.
"Perlu diingat bahwa penggunaan obat-obatan jenis statin dapat memberikan dampak pada kehamilan. Penggunaan obat statin pada wanita usia produktif, terkait dengan manfaat dan risiko yang dapat ditimbulkan, dapat dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis penyakit dalam," jelas dia.
Menurut Organsasi Kesehatan Dunia (WHO), kadar kolesterol tinggi adalah faktor risiko utama untuk penyakit pembuluh darah jantung dan stroke, yang merupakan penyebab utama kematian di dunia.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2018 memperlihatkan proporsi penduduk Indonesia berusia lebih dari 15 tahun yang mengalami gangguan kolesterol adalah sekitar 21,2 persen dengan kadar Kolesterol total 200-239 mg/dL dan 7,6 persen dengan kadar kolesterol di atas 240 mg/dL.
"Ini menunjukkan bahwa banyak orang di Indonesia berisiko terkena penyakit jantung dan stroke akibat gangguan kolesterol," demikian kata Wirawan. (ant)