KAIRO, JAMBIEKSPRES.CO-Mesir memperingatkan bahwa segala upaya pasukan Israel untuk menduduki wilayah perbatasan antara Mesir dan Jalur Gaza, yang dikenal sebagai Koridor Philadelphia, akan mengancam hubungan bilateral Kairo dan Tel Aviv.
Kepala Dinas Informasi Negara Mesir (SIS) Diaa Rashwan menyebut pernyataan Israel baru-baru ini tentang penyelundupan senjata dari Mesir ke Gaza melalui perbatasan Rafah adalah pernyataan “kosong dan konyol.”
Menurut dia, pernyataan itu dikeluarkan oleh Israel untuk membenarkan kebijakan "hukuman kolektif" terhadap warga Palestina di Gaza.
Rashwan menegaskan bahwa Mesir akan menganggap segala upaya Israel untuk menduduki wilayah Koridor Philadelphia sebagai pelanggaran terhadap perjanjian dan protokol keamanan yang ditandatangani kedua negara.
“Harus ditekankan dengan tegas bahwa setiap tindakan Israel ke arah ini akan menimbulkan ancaman serius terhadap hubungan Mesir-Israel,” ujar dia pada Senin (22/1).
BACA JUGA:Polri Raih Peringkat Lima Besar
BACA JUGA:Program Prakerja 2024 Sasar Pelatihan Sektor Digital
Koridor Philadelphia adalah jalur sempit sepanjang 14 kilometer yang berfungsi sebagai zona penyangga di perbatasan Mesir-Gaza. Koridor itu dijamin dalam Perjanjian Perdamaian Israel-Mesir pada 1979.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah beberapa kali mengatakan bahwa kawasan Koridor Philadelphia harus berada di bawah kendali Israel. Inisiatif itu, jika benar-benar dijalankan, akan memisahkan Gaza dari Mesir.
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok pejuang Hamas Palestina, yang menurut Tel Aviv menewaskan 1.200 orang.
Sedikitnya 25.295 warga Palestina terbunuh dan dan 63.000 orang terluka akibat serangan Israel, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Serangan Israel juga menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Selain itu, sekitar 60 persen infrastruktur di wilayah kantong Palestina itu rusak atau hancur, berdasarkan data PBB.
Terpisah, Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan tentara Israel sedang melakukan penghancuran menyeluruh di Tepi Barat yang diduduki, pada saat yang sama dengan perang yang berlangsung di Gaza.
Dalam pertemuan dengan Koordinator Kemanusiaan dan Rekonstruksi PBB untuk Gaza Sigrid Kaag di Ramallah pada Senin (22/1), Shtayyeh menyebut tindakan Israel atas perintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berupaya menghancurkan "kemungkinan pembentukan negara Palestina".