Cerita Mouly Surya, Sutradarai Jessica Alba dalam Trigger Warning
Sutradara Mouly Surya menceritakan pengalamannya yang menyutradarai aktris Hollywood Jessica Alba untuk film baru Trigger Warning dalam proyek kerja sama dengan Netflix Amerika Serikat.
MOULY Surya merupakan sutradara perempuan pertama yang menyabet penghargaan itu dan kini namanya bersanding dengan sutradara kenamaan dunia, seperti Steven Spielberg dan Yoji Yamada yang meraih penghargaan serupa.
Penghargaan yang dimulai pada 2004 itu sempat vakum selama 14 tahun dan kembali diberikan pada tahun ini dalam ajang Tokyo International Film Festival 2023.
Film yang turut mengantarkan pencapaian Mouly Surya, salah satunya Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak yang mengambil latar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Karir Mouly makin moncer, ia mampu menyutradarai aktris Hollywood Jessica Alba untuk film baru Trigger Warning dalam proyek kerja sama dengan Netflix Amerika Serikat
“Ya enggak nyangka juga dulu ngefans sama dia zaman Dark Angel ketika aku masih SMA, dia lagi rising-rising-nya,” kata Mouly kepada ANTARA di Tokyo, Rabu.
Film bergenre action thriller tersebut diproduseri oleh Basil Iwanyk dan Erica Lee yang akan dirilis tahun depan dan bisa dinikmati melalui Netflix di seluruh dunia.
Mouly bercerita saat pandemi ia mulai untuk melakukan syuting, tetapi virus COVID-19 varian Delta tengah merebak di Indonesia, sehingga ia dan produser memutuskan untuk menundanya.
Kemudian, pihak produser dari AS memberikan lampu hijau terkait film tersebut, sehingga ia memilih untuk menggarap proyek film di Santa Fe, New Mexico itu.
Keputusannya untuk pergi ke AS juga karena kekurangan jumlah kru akibat pandemi yang membuat banyak orang bergeser memuat konten, seperti web-series dan sebagainya.
“Industri film berubah, semua orang sibuk, semua orang membuat web-series, konten merebak dan penonton pun berubah tidak seperti saat sebelum pandemi. Sebetulnya, industri film di Indonesia saat 2019 sebelum COVID itu sedang bagus-bagusnya,” katanya.
Di sisi lain, pada saat itu kru dan tim yang berkapasitas dalam pembuatan film lebih mudah ditemukan di AS. Menurut dia, membuat film di Amerika bisa dibilang sebagai perwujudan ide “American Dream” yang kerap dijadikan mimpi anak-anak muda negara itu.