Cahaya Matahari menjadi sumber listrik warga Desa Miang dari pembangkit tenaga listrik surya (PLTS). Meskipun ada sumber energi, listrik tidak selalu bertahan selama 24 jam. Itu bergantung pada paparan terik Matahari, terutama saat musim hujan.
Tidak Kalah Dengan Derawan
Masyarakat di luar Kalimantan Timur lebih mengenal Pulau Derawan dan pulau-pulau di sekitarnya sebagai objek wisata bahari. Padahal Benua Etam tidak hanya Kabupaten Berau dengan gugusan Pulau Derawannya.
Desa Miang juga menyuguhkan gugusan terumbu karang, belum termasuk sejumlah pulau kecil di dekatnya.
Kepala Desa Pulau Miang Alimuddin Daud menyadari potensi wisata maritim di Pulau Miang masih perlu diolah dan ditingkatkan guna menarik lebih banyak pengunjung.
Sudah banyak pihak swasta yang membangun vila di sini. Ada enam vila untuk dinikmati para pengunjung di Pulau Miang.
Waktu berlibur yang baik di Pulau Miang ini saat - saat air laut sedang pasang. Namun, biasanya pengunjung tidak mengenal hal itu.
Libur panjang sekolah atau libur hari raya membuat lonjakan wisatawan ke Desa Pulau Miang. Pada waktu-waktu tersebut vila atau homestay yang disediakan bakal terisi penuh.
Kebanyakan pengunjung masih berasal dari Kabupaten Kutai Timur, seperti Sangatta, Sangkulirang, Kaliorang, dan Bengalon. Pengunjunag juga ada yang berasal dari luar daerah, termasuk beberapa peneliti dari Samarinda, Jawa, bahkan mancanegara. Mereka beberapa kali datang dan melakukan penelitian bawah laut di Pulau Miang.
Berbekal Rp700 ribu hingga Rp1,5 juta dari Sangatta, Ibu Kota Kutai Timur, wisatawan dapat menikmati surga bawah laut Pulau Miang, serta fasilitas lain di sekitarnya.
Dengan potensi pariwisatanya, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur memberi dukungan untuk pulau itu, seperti pembangunan jembatan dan pendopo, yang menambah kenyamanan wisatawan dalam pelesirannya.
Ada lagi yang menarik. Desa ini memiliki destinasi yang cukup unik, yaitu air sumur yang tak pernah kering. Dua sumur yang digali dengan kedalaman sekitar tujuh meter ini dibuat secara berdampingan dan telah menjadi sumber konsumsi air bersih warga setempat sejak tahun 1980-an.
Menurut Kamaruddin, salah seorang tetua Pulau Miang, air sumur ini berasal dari mata air yang terletak di bawah laut. Airnya tawar dan jernih, bahkan saat musim kemarau sekalipun.
"Volume airnya segitu-gitu saja. Ada mesin pompa di kedua sumur itu. Tinggal pilih mau pakai yang mana," ujar Usman, warga Pulau Miang.
Meski terkurung lautan, masyarakat kampung nelayan Pulau Miang hidup dengan tenang dan damai.Mereka hidup dari hasil laut, seperti ikan, udang, dan kepiting.
"Hidup di sini terasa nyaman dan aman, terbebas dari hiruk pikuk dunia," katanya.