Konflik harimau sumatra hampir terjadi di seluruh nagari di Nagari Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman.
Selama penanganan konflik sejak awal 2024, kemunculan satwa itu sering berpindah-pindah dari satu jorong ke jorong (dusun) lain.
Kepala Resor Konservasi Wilayah I Panti BKSDA Sumbar Ade Putra mengakui satwa buas itu sering berpindah-pindah dari Jambak, Bangih, Tarantang Tunggang, Ladang Panjang, dan daerah lainnya.
Kesimpulan itu berdasarkan laporan jejak kaki satwa dari warga setempat. Bahkan temuan jejak kaki yang ditemukan oleh petugas BKSDA Sumbar.
Dengan kondisi itu, harimau sumatra seperti mengajak "kucing-kucingan" dengan petugas BKSDA Sumbar.
Selama penanganan konflik itu ada puluhan laporan dari warga terkait kemunculan satwa tersebut.
Untuk memastikan keberadaan satwa itu, petugas BKSDA Sumbar melakukan verifikasi dan identifikasi lapangan melalui jejak, cakaran, dan kotoran satwa itu.
Bahkan petugas BKSDA Sumbar langsung melakukan wawancara dengan warga yang mengaku menemukan satwa dan memantau keberadaan satwa menggunakan dengan drone thermal.
Dari identifikasi, verifikasi lapangan, hasil wawancara, dan hasil pemantauan drone thermal, kala itu keberadaan satwa tersebut belum bisa dipastikan.
Camat Tigo Nagari, Gustian, meminta wali nagari, jorong, dan perangkat untuk meluruskan informasi yang beredar kepada masyarakat, agar tidak percaya begitu saja dengan informasi yang beredar di media sosial karena tidak didukung bukti.
Ia dan forkopimca, saat ada pertemuan dengan warga, minta penduduk tidak mengunggah di media sosial informasi yang belum pasti atas kemunculan harimau sumatra.
Oleh karena itu, pemerintah kecamatan setempat mengadakan pertemuan bersama wali nagari, tokoh adat, dan masyarakat untuk menyadarkan masyarakat terkait konflik dengan satwa di Kecamatan Tigo Nagari, Pasaman, dengan menghadirkan narasumber dari BKSDA Sumbar pada Kamis (11/1).
Selama ini BKSDA Sumbar intens merespons laporan masyarakat terkait kemunculan harimau sumatra sehingga masyarakat tidak perlu resah.
Informasi penanganan konflik tersebut setiap hari dilaporkan ke Bupati Pasaman dan minta masyarakat tenang namun tetap waspada.
Ia mengapresiasi kepada petugas BKSDA Sumbar yang berhasil mengevakuasi harimau sumatra yang sering muncul ke permukiman warga.
Tertangkapnya harimau sumatra tersebut membuat lega penduduk sehingga mereka kini bisa beraktivitas kembali.