Hidup Berdampingan, Berbagi Ruang Dengan Satwa

HARIMAU SUMATERA : Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) mengamuk dan mengalami gigi taring patah karena mengigit kandang besi saat masuk perangkap di Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Minggu (4/2/2024).--

Menjaga Sang Datuk Berbulu Loreng di Sumatera

Dunia baru saja memperingati Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day pada 29 Juli lalu. Momentum ini sebagai penanda penting untuk menyelamatkan harimau sumatera.

---

TANPA tindakan penyelamatan terintegrasi yang mengakomodasi kepentingan manusia dengan fauna "karimastik" itu, spesies kucing terbesar berbulu loreng tersebut bisa punah, alih-alih berkembang populasinya.

Indonesia menjadi salah satu rumah bagi harimau loreng, yang dulu tersebar luas di berbagai kawasan Asia tapi mengalami penurunan populasi hingga 93 persen sejak awal abad ke-20.

International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat dua populasi harimau sudah punah di Indonesia, yakni harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau bali (Panthera tigris balica). Kini, tersisa hanya harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang bisa ditemukan di beberapa bagian Pulau Sumatera.

BACA JUGA:Sinsen Sosialisasi AHM Best Student 2024

BACA JUGA:Rumah Guru Honorer SD di Muaro Jambi Ambruk

Namun, wilayah jelajah yang semakin kecil akibat ekspansi perkebunan, habitat yang terfragmentasi, serta perburuan liar yang terjadi, menjadikan hewan yang berstatus terancam kritis ini di ambang kepunahan.

Taman Nasionan Berbak dan Sembilang (TNBS) menjadi salah satu rumah yang tersisa bagi populasi harimau sumatera. Populasinya saat ini diperkirakan berkisar 600 ekor. Namun untuk memastikan jumlahnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) masih menyelesaikan Sumatera Wide Tiger Survey 2024.

Kepala Seksi Wilayah I TNBS Bobby Sandra menyatakan kepada ANTARA di Jambi, khusus untuk wilayah TN Berbak--pengawasan sejak 2011--mengidentifikasi lebih dari 30 individu yang hidup di wilayah konservasi hutan rawa terbesar di Asia Tenggara itu, beberapa di antaranya terlihat dengan anak mereka.

Masing-masing individu itu teridentifikasi dengan pola belang di tubuhnya, kebanyakan sudah memiliki nama untuk mempermudah mengenalinya ketika terlihat di perangkap kamera (camera trap). Beberapa dari mereka memiliki nama unik seperti Jamantara dan Pandawa, yang lainnya diambil dari nama petugas atau pihak yang terlibat dalam konservasi harimau TN Berbak, seperti Feni dan Agus.

Namun, harimau di TN Berbak menghadapi beberapa masalah yang mengancam populasinya, termasuk kehilangan habitat akibat pembalakan kayu ilegal, perambahan kawasan hutan, kebakaran hutan dan lahan, selain juga ancaman perburuan liar.

Namun, Pemerintah tidak tinggal diam untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Pengawasan terus dilakukan TNBS, selain lewat perangkap kamera, juga patroli di dalam kawasan konservasi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan